Mohon tunggu...
Jenitha
Jenitha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Menggambar, menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Kebijakan Fiskal dalam Pertumbuhan Perekonomian Indonesia

27 November 2022   14:47 Diperbarui: 27 November 2022   14:45 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sementara itu dampak dari kebijakan fiskal terhadap perekonomian melalui pendekatan permintaan agregat diterangkan melalui pendekatan Keynes. Pendekatan Keynesian mengasumsikan adanya price rigidity dan excess capacity sehingga output ditentukan oleh permintaan agregat (demand driven). Keynes menyatakan bahwa dalam kondisi resesi, perekonomian yang berbasis mekanisme pasar tidak akan mampu untuk pulih tanpa intervensi dari Pemerintah. Kebijakan moneter tidak berdaya untuk memulihkan perekonomian karena kebijakan hanya bergantung kepada penurunan suku bunga sementara dalam kondisi resesi tingkat suku bunga umumnya sudah rendah dan bahkan dapat mendekati nol. Dalam pendekatan Keynes, kebijakan fiskal dapat menggerakkan perekonomian karena peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak mempunyai efek multiplier dengan cara menstimulasi tambahan permintaan untuk barang konsumsi rumah tangga. Demikian pula halnya apabila pemerintah melakukan pemotongan pajak sebagai stimulus perekonomian. Pemotongan pajak akan meningkatkan disposable income dan pada akhirnya mempengaruhi permintaan. Kecenderungan rumah tangga untuk meningkatkan konsumsi dengan meningkatkan marginal prospensity to consume 74 (mpc), menjadi rantai perekonomian untuk peningkatan pengeluaran yang lebih banyak dan pada akhirnya terhadap output. Government spending multiplier dinyatakan sebagai 1/(1-mpc), dan dari formula ini terlihat bahwa semakin besar mpc maka semakin besar pula dampak dari pengeluaran pemerintah terhadap GDP. Sementara itu efek multiplier dari pemotongan pajak (tax cut multiplier) dinyatakan sebagai ( 1/(1-mpc) - 1). Tax cut multiplier adalah satu dikurangi dengan government spending multiplier. Tax cut multiplier selalu lebih kecil dari spending multiplier, maka dari itu pemotongan pajak dianggap kurang potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam masa resesi dibandingkan dengan peningkatan pengeluaran pemerintah. Besarnya efek multiplier dari peningkatan pengeluaran pemerintah dan pemotongan pajak bergantung kepada besarnya mpc yang bergantung kepada apakah peningkatan tersebut bersifat transitory atau permanen. Dalam hal ini, dampak mpc atas perubahan pendapatan transitori lebih kecil dibandingkan perubahan pendapatan yang permanen. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2012 Pengembangan model Keynesian memungkinkan adanya tambahan dampak crowding out melalui perubahan yang disebabkan oleh suku bunga dan nilai tukar. Crowding out terjadi apabila Pemerintah menyediakan barang dan jasa yang menggantikan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor swasta. Tingkat crowding out mempengaruhi besaran fiskal multiplier namun tidak mempengaruhi arah.

Penulis : Jenitha

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Palangka Raya

Referensi:

https://fiskal.kemenkeu.go.id/analisis/laporan-ekonomi-dan-keuangan-mingguan

https://fiskal.kemenkeu.go.id/baca/2022/02/22/4337-kerja-keras-apbn-berlanjut-di-tahun-2022-pemulihan-ekonomi-semakin-menguat

https://www.kemenkeu.go.id/media/18316/advertorial-rapbn-2022.pdf

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220112165556-532-745782/reformasi-struktural-jadi-fokus-kebijakan-fiskal-pemerintah-di-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun