Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Period Poverty, Sulitnya Akses Produk dan Pengetahuan Menstruasi di Indonesia

17 April 2021   23:49 Diperbarui: 9 April 2022   06:51 5514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembalut | Foto diambil dari Shutterstock via Kompas

Infografik bagaimana menstruasi memberikan efek kepada seluruh aspek hidup seorang perempuan | Foto diambil dari Plan International
Infografik bagaimana menstruasi memberikan efek kepada seluruh aspek hidup seorang perempuan | Foto diambil dari Plan International

Penyakit karena enggan menganti pembalut 

Sulitnya akses dari produk menstruasi bukan hanya menjadi permasalahan ekonomi namun juga menjadi permasalahan kesehatan di masyarakat yang penting, namun sering diabaikan. 

Ketidakmampuan untuk mengakses kebutuhan menstruasi dari pembalut yang higenis, pengelolaan limbah bekas menstruasi yang tepat hingga lingkungan yang tidak bersih menjadi penyebab berbagai penyakit yang terus menghantui perempuan.

Berdasarkan survei di atas, kita dapat dengan mudah menemukan bagaimana perempuan di Indonesia kerap menahan diri untuk mengganti pembalut karena berbagai alasan. 

Padahal pembalut kotor yang lama tidak diganti menjadi sarang pertumbuhan bakteri dan jamur. Berbagai penyakit yang sering dialami perempuan karena pembalut antara lain seperti Infeksi Saluran Kenih (ISK), Toxic Shock Syndrome, iritasi karena alergi pembalut, vaginosis bakterialis hingga penyakit candidiasis. 

**

Menurut penulis, dari 7 kesimpulan dari survei diatas kita dapat menilai apa yang sekarang sangat dibutuhkan perempuan-perempuan di Indonesia: pengetahuan dan akses air, sanitasi dan higienitas di kamar kecil. Tidak dapat dipungkiri di Indonesia menstruasi masih menjadi hal yang tabu yang dibicarakan di antara masyarakat. 

Anggapan tabu tersebut kemudian menyebabkan tertutupnya sarana komunikasi antar masyarakat berbagi pengetahuan yang tepat dan lengkap tentang menstruasi. Tidak heran banyak anak perempuan yang kebingungan, cemas dan khawatir. 

Untuk Indonesia yang lebih maju, masyarakat perlu mendorong dan membantu generasi selanjutnya untuk melihat menstruasi sebagai sebuah proses tubuh perempuan yang alami, bukan sesuatu hal yang tabu apalagi perlu dirahasiakan. Setiap perempuan memiliki hak asasi manusia untuk mendapatkan kesehatan, air yang bersih, sanitasi dan pendidikan. 

Sumber: 1, 2, 3, 4, 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun