Masyarakat yang mayoritas mata pencahariannya sebagai nelayan memanfaatkan ikan tangkapannya. Ini seiringan dengan kenyataan bahwa dalam memasak Ikan Asam Pedas Pontianak hanya menggunakan ikan dari perairan air tawar, seperti ikan patin atau ikan kakap.
Dulu menu ini juga tidak dapat dihidangkan sembarangan karena filosofi yang terkandung ketika menghidangkan makanan ini adalah untuk memuliakan tamu, ekspresi kasih sayang, dan juga mempererat tali silaturahmi.
Selain bahan yang berbeda, Ikan Asam Pedas Pontianak juga memiliki cara pengelolahan ikan yang berbeda dengan menu Asam Pedas dari daerah lain. Di sini ikan tidak digoreng lebih dahulu, tetapi langsung dicampurkan dan dimasak dengan bahan lainnya.Â
Dengan cara pengelolahan seperti ini, bau amis dapat hilang dengan sempurna dan menyisakan daging ikan yang lembut. Minyak alami dari ikan juga ikut 'berenang' di kuah, dimana biasanya minyak omega 3 yang sehat dan bermanfaat ini hilang ketika digoreng.Â
Menu ini penulis sebut dengan rice-stealer atau pencuri nasi, karena tidak terasa nasi sudah habis seperti dicuri ketika menikmati menu ini.Â
Pada 28 Januari 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menetapkan Ikan Asam Pedas Pontianak menjadi satu dari dua kuliner yang sudah ditetapkan sebelumnya menjadi Warisan Budaya Takbenda. Penetapan ini juga beriringan dengan Peringatan HUT Ke-63 Provinsi Kalimantan Barat. Penghargaan ini tentu membanggakan dengan harapan menambah semangat wisata kuliner di Kota Pontianak. Â
Apakah Anda tertarik untuk mencoba Ikan Asam Pedas Pontianak? Menu ini bahkan menjadi menu favorit Presiden Ir. H. Joko Widodo dan Ibu Irina ketika mengunjungi Kota Pontianak pada tahun 2019. Jika Anda berkesempatan mengunjungi kampung halaman penulis, jangan lupa mencoba menu legendaris satu ini!