Pada September 2017, Indonesia kedatangan "artis" dari China yang menghebohkan masyarakat yaitu Cai Tao dan Hu Chun. Mereka adalah dua ekor Panda yang dipinjamkan oleh pemerintah China untuk Indonesia selama 10 tahun.Â
Peminjaman panda ini menjadi salah satu kebijakan luar negeri milik China yang dikenal dengan Panda Diplomacy.
Peminjaman panda ini bukan pemberian secara cuma-cuma. Untuk meminjam, negara penerima diharuskan membayar biaya sewa kepada China.Â
Biaya sewa sebesar Rp 13 milliar harus dibayar untuk seekor panda dan apabila panda tersebut berkembang biak maka Rp 5,4 Milliar harus dibayar untuk seekor bayi panda. Sama dengan panda yang dipinjamkan harus dikembalikan, bayi panda juga harus dikembalikan ke China ketika berusia 2 tahun.
Diplomat lucu dan berbulu hitam putih ini juga memiliki gaya hidup yang mahal, dalam sehari seekor panda mengonsumsi 40 kg bambu segar. Untuk setahun, Toronto Zoo di Kanada harus mengeluarkan Rp 33,7 Milliar setahun hanya untuk biaya perawatan dan makanan panda yang dipinjamkan China.
Bukan hanya panda yang ikut serta dalam Animal Diplomacy
Selain China dengan Panda Diplomacy, negara-negara lain juga melakukan diplomasi sejenis dengan memberikan hewan nasional dari negaranya kepada negara lain. Diplomasi dengan cara memberikan hewan nasional ini di Hubungan Internasional disebut dengan Animal Diplomacy.
Koala Diplomacy
Selain China negara yang menggunakan Animal Diplomacy sebagai salah satu kebijakan luar negerinya adalah Australia. Ketika petinggi negara lain mendatangi Australia, pemerintah selalu memasukkan agenda "cuddling with Koala" sebagai bentuk Koala Diplomacy milik Australia.Â
Koala Diplomacy pertama kali diperkenalkan pada KTT G-20 pada tahun 2014 di Brisbane, Australia, ketika para pemimpin negara mengantre giliran untuk memeluk koala.
Australia juga meminjamkan 4 ekor koala yaitu Paddle, Chan, Pellita dan Idalia ke Singapura sebagai bentuk perayaan ulang tahun ke-50 Singapura pada tahun 2015. Selain koala, Australia juga kerap memberikan platipus sebagai hadiah diplomasi.
Dog Diplomacy
Berbeda dengan Panda Diplomacy atau Koala Diplomacy yang dijadikan sebagai sebuah kebijakan luar negeri,. Dog Diplomacy adalah sebutan untuk hadiah diplomasi yang kerap diberikan kepada Vladimir Putin, Presiden Rusia.Â
Keempat anjing tersebut adalah Pasha, pemberian dari Serbia; Verny, pemberian dari Turkmenistan; Yume, pemberian dari Jepang; dan Buffy, pemberian dari Bulgaria.
Komodo Diplomacy
Komodo sebagai hewan nasional yang dilindungi dari Indonesia dulunya juga ikut serta menjadi diplomat untuk pemerintah Indonesia. Mantan Presiden Soeharto terkenal kerap memberikan komodo kepada negara-negara lain pada tahun 1976 hingga 1990-an.Â
Negara yang menerima Komodo dari Indonesia adalah Singapura, Thailand, Malaysia, Jepang, dan Amerika Serikat. Setelah pemerintahan Soeharto, Komodo Diplomacy belum pernah dilaksanakan lagi.
Tujuan dari Animal Diplomacy
Animal Diplomacy memiliki tujuan yang penting, bukan hanya sekadar memberikan dan menerima hadiah dalam bentuk binatang. Di dalam konsep hubungan internasional, gaya diplomasi seperti Animal Diplomacy termasuk ke dalam soft power.Â
Soft power berarti kemampuan sebuah negara untuk menarik, memengaruhi dan mencapai kepentingannya dengan daya tarik budaya, cita-cita politik, dan kebijakannya tanpa menggunakan kekuatan militer atau ekonomi.
Pemberian hewan itu hanya diberikan kepada negara yang dipilih dan pemberiannya bukan tanpa adanya tujuan politik. Tujuan politik milik negara yang memberi dan menerima juga bermacam-macam, dimulai dari sebagai tanda hubungan kerja sama antar dua negara atau justru sebagai petunjuk akan keinginan untuk bekerja sama.Â
Diplomat lucu nan mengemaskan tersebut memiliki tangung jawab yang penting sebagai diplomat dan pelaksana soft power dari negara-negara asalnya.