Kemarin saya mengikuti pertemuan dengan teman-teman satu mata pelajaran. Bukan apa-apa, saya bosan di rumah terus walau sebenarnya masih cuti sakit. Lho sakit kok bisa pergi? Tubuhku sehat wal afiat, makan enak, tidur nyenyak, suaraku juga masih sekeras biasa kalau bicara. Yang sakit hanya tangan kiriku yang patah tulang karena jatuh dari boncengan sepeda motor.
Sebenarnya aku tak ingin ambil cuti sakit. Bahkan dua minggu sesudah ke luar dari rumah sakit aku sudah berangkat kerja seperti biasa, sampai teman-teman heran. Yah aku merasa baik-baik saja, walau memang malamnya kalau tidur baru terasa lelah dan tangan kiriku cenat cenut seperti lagunya Smash. Namun setelah kontrol yang ketiga kalinya dokter melihat hasil rontgen dan memvonisku aku terlalu banyak beraktivitas. Nah. Bahkan letak tulang atau pennya sampai bengkok, kalau dibiarkan tulangku nyambungnya tak lurus. Akhirnya dioperasi lagi, dilepas pen lama dan dipasang pen baru yang lebih panjang. Dokter pun memperingati: kurangi aktivitas!
Akhirnya aku pun selalu minta surat keterangan sakit dari dokter. Seusai lebaran sampai sekarang aku non aktif. Tak lagi bekerja untuk sementara waktu, oleh Ibu Kaur Tata Usaha dibuatkan surat cuti sakit.
Mestinya karena cuti aku di rumah saja.
Puji syukur aku masih merasa kuat walau mengalami jatuh dan dirawat di RS. Alhamdulillah hanya tanganku yang bermasalah. Sedemikian banyak yang jatuh dengan luka lebih parah atau pun patah tulang yang juga lebih parah dengan biaya yang juga lebih mahal.
Berpikir positif, aku yang salah. Biarlah di rumah saja. Jika bosan melanda ya membaca tulisan teman-teman yang bijak bestari. Yang bisa membuatku ikut tertular kebijakan.
Tinggal bersabar saja menanti tanggal 12 Desember untuk kontrol lagi dan melihat foto rontgen. Jika hasilnya membaik barangkali aku bisa kembali bekerja, menghilangkan perasaan-perasan yang tak perlu di tempat kerja mau pun di hatiku sendiri.
Mari kita lebih bijak menyikapi segala persoalah hidup! Salam.
BUDE BINDA
Banjarnegara, Selasa 22 November 2011