Dalam menghadapi dinamika Laut Natuna, Indonesia seharusnya tidak hanya bersandar pada kebijakan pertahanan yang reaktif, tetapi membangun paradigma maritim yang lebih berjiwa.Â
Laut harus kembali dipandang sebagai ruang budaya dan spiritual, bukan sekadar arena geopolitik. Kita perlu menyalakan kembali "roh Majapahit" dalam diri bangsa---yakni keberanian untuk menegaskan kedaulatan tanpa kehilangan kearifan, serta kemampuan menaklukkan laut bukan hanya dengan kapal dan senjata, tetapi dengan narasi, kebudayaan, dan daya cipta bangsa.Â
Laut Natuna dapat menjadi laboratorium kebangkitan maritim modern, tempat Indonesia membangun keseimbangan antara kekuatan keras dan kekuatan lunak, antara realitas politik dan imajinasi kebangsaan.
Refleksi ini menuntun pada kesadaran bahwa laut bukan sekadar batas negara, melainkan ruang hidup bangsa. Di atas ombak Natuna, seharusnya kita melihat cermin diri: apakah kita masih bangsa pelaut yang berdaulat dan berbudaya, atau sekadar penjaga garis di peta dunia?Â
Meneladani Majapahit berarti mengembalikan laut pada hakikatnya sebagai napas peradaban Nusantara---tempat diplomasi, ekonomi, dan spiritualitas bertemu dalam satu harmoni.Â
Jika kedaulatan laut bisa dirawat dengan kecerdasan budaya dan keberanian politik, maka Indonesia bukan hanya menjaga Natuna, tetapi juga menjaga martabat dirinya sebagai bangsa maritim sejati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI