"tergantung"
"maksudnya?"
"tergantung dosisnya"
Pria itu tak mengerti, pikirannya yang dangkal ataukah Si Mbah yang lebih berpengalaman?
"Terserah berapapun dosisnya, bodo amat dengan harganya, toh yang penting saya tidak diprotes sama yang suruh" gumamnya pada diri sendiri.
"jadi? berapa?"
"Pil ini cukup keras...hanya meredakan salah satu sakit, tapi tidak menjamin efek samping bagi yang meminumnya" sahut si Mbah lagi -- lagi tidak menjawab pertanyaan malah memberikan pernyataan.
"toh bukan aku yang meminumnya," gumam sang pria itu lagi.
Si Mbah masuk ke dalam biliknya sebentar lalu keluar dengan membawa sesuatu dibungkus dengan kain merah dan putih dengan sangat hati -- hati.
"banyak yang mencari ini, tapi ragu -- ragu untuk membelinya, tapi saya akan merelakan ini untuk anda. Karena anda orang yang nampak berpendidikan. Anda tentu tahu tentang takaran dan penggunaan pil ini. Dan sepertinya memang anda mempunyai uang yang cukup apabila kontraindikasinya berlangsung terlalu kuat. Anda pasti langsung dilayani oleh petugas wisma dengan ramah. Tidak seperti kami yang untuk makan saja harus dibungkus dan dibawa pulang. Pelanggan menjadi phobia dan pengamen sering kena razia"
Entah apa yang sedang digerutukan oleh si Mbah, pria berdasi dari senayan itu tidak menaruh perhatian penuh. Matanya hanya tertuju pada secarik kain yang penuh misteri di hadapannya.