Jemi Kudiai, pemerhati Otonomi Khusus (Otsus) Papua, generasi muda Papua, dan isu ekonomi politik.
"Akselerasi pembangunan Papua tidak hanya tentang kecepatan, tapi tentang siapa yang diajak berlari bersama rakyat."
Harapan Baru, Tantangan Lama
Pembentukan Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua oleh pemerintah pusat menandai babak baru dalam kebijakan Otsus jilid II. Komite ini diharapkan menjadi instrumen strategis untuk mempercepat pembangunan Papua secara lebih terarah, terukur, dan berpihak pada rakyat. Namun, di balik gagasan besar itu, tersisa pertanyaan mendasar: apakah struktur dan cara kerja komite ini benar-benar mampu menjawab keluhan rakyat Papua yang sudah terlalu lama menunggu perubahan nyata?
Papua hari ini menghadapi dua tantangan utama: lambannya akselerasi pembangunan ekonomi daerah, dan terbatasnya keterlibatan generasi muda dalam pengambilan keputusan. Banyak program berjalan di atas kertas, tetapi tak menembus akar masalah di masyarakat. Di sinilah pentingnya transformasi cara pandang bahwa percepatan pembangunan Papua bukan sekadar proyek administratif, melainkan gerakan sosial yang melibatkan energi baru: anak muda Papua yang produktif, kreatif, dan paham realitas rakyatnya sendiri.
Akselerasi Bukan Sekadar Kecepatan
Istilah "akselerasi" sering dimaknai sebagai percepatan program. Padahal, di konteks Papua, akselerasi harus dimaknai lebih luas: perubahan pola pikir dan cara kerja pemerintahan dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Percepatan pembangunan tidak boleh berhenti pada pembangunan fisik semata, melainkan juga mempercepat lahirnya kebijakan yang berorientasi pada kemandirian ekonomi lokal, pemberdayaan sosial, dan tata kelola yang transparan.
Komite Eksekutif Otsus Papua harus menjadi motor koordinasi lintas sektor yang progresif, bukan sekadar lembaga seremonial. Ia perlu memastikan bahwa setiap rupiah dana Otsus berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat Papua terutama di sektor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi produktif.
Namun, percepatan tanpa partisipasi rakyat adalah ilusi. Komite harus belajar bahwa akselerasi yang efektif tidak datang dari rapat di ruang tertutup, tetapi dari dialog terbuka dengan rakyat yang merasakan dampak kebijakan di lapangan.
Generasi Muda: Energi Baru Pembangunan