Mohon tunggu...
Jemi Kudiai
Jemi Kudiai Mohon Tunggu... Pemerhati Governace, Ekopol, Sosbud

Menulis berbagi cerita tentang sosial, politik, ekonomi, budaya dan pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

SDM Papua, Keadilan Ekonomi, dan Masa Depan yang Inklusif

23 September 2025   23:36 Diperbarui: 23 September 2025   23:36 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mengembangkan pandangan data wawancara dengan media Gerakan pada tahun 2016, tentang SDM Papua, keadilan ekonomi, masa depan yang inklusif. Harapan dan pandangan saya dalam hisl wawancara dapat saya olah dalam bentuk opini agar menjadi sumbangsi pikiran untuk pembangunan Papua kedepan.

Papua dan Pertanyaan Tentang Keadilan

Papua adalah tanah yang kaya. Di perut buminya tersimpan emas, tembaga, minyak, gas, hutan, dan sumber daya alam lainnya. Lautnya penuh ikan, dan gunung-gunungnya menjulang dengan potensi pariwisata yang tak kalah indah dibandingkan daerah mana pun di Indonesia. Tetapi, ada satu pertanyaan yang tidak pernah hilang dari benak masyarakat Papua: mengapa kami masih tertinggal?

Pertanyaan ini bukan sekadar keluhan, melainkan refleksi dari realitas sehari-hari. Jalan dan jembatan memang sudah mulai dibangun. Bandara dan pelabuhan juga berdiri. Namun, apakah semua itu otomatis membuat orang Papua hidup lebih sejahtera? Jawabannya: belum tentu.

Bagi saya, pembangunan yang hanya diukur dari beton, aspal, dan gedung-gedung tinggi tidak cukup. Yang paling mendesak adalah pembangunan manusia Papua itu sendiri. Karena tanpa manusia yang siap bersaing, semua infrastruktur hanya akan dinikmati oleh orang lain.

Mengapa SDM Papua Tertinggal?

Mari kita jujur. Papua tidak kekurangan anak muda yang cerdas. Banyak anak Papua kuliah di dalam negeri, bahkan sampai ke luar negeri. Banyak yang meraih prestasi di bidang olahraga, seni, sains, dan teknologi. Namun, mengapa ketika mereka pulang, mereka masih sulit mendapatkan pekerjaan?

Jawaban ini sederhana tetapi menyakitkan: akses terhadap kesempatan kerja masih timpang. Di kantor pemerintahan, perusahaan, bahkan proyek-proyek besar yang seharusnya untuk kesejahteraan Papua, pekerjanya justru didominasi orang dari luar.

Kondisi ini menimbulkan rasa kecewa dan bahkan iri. Masyarakat bertanya, "Apakah kami tidak mampu? Apakah tanah ini hanya untuk orang lain?"

 "Papua tidak butuh belas kasihan. Papua butuh kesempatan yang sama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun