Mohon tunggu...
Jemi Kudiai
Jemi Kudiai Mohon Tunggu... Pemerhati Governace, Ekopol, Sosbud

Menulis berbagi cerita tentang sosial, politik, ekonomi, budaya dan pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Krisis Representasi dan Oligarki dalam Demokrasi Indonesia

2 September 2025   18:14 Diperbarui: 2 September 2025   18:14 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dinamika Politik dan Sosial Indonesia Kontemporer dalam Konteks Asia Tenggara" Perjuangan Rakyat, Pengalihan Isu, dan Keterlibatan Oligarki di Indonesia (Agustus-September 2025)".

Pandangan ini menganalisis demonstrasi besar-besaran di Indonesia pada Agustus-September 2025, yang di picu oleh ketidakpuasan ekonomi, ketidakadilan sosial, dan kurangnya representasi politik. Analisis menggunakan data sekunder dari berbagai sumber media dan studi akademik, serta simulasi SPSS untuk mengkaji hubungan antara ketidakpuasan publik, respons pemerintah, keterlibatan oligarki, dan intensitas konflik.

Krisis Representasi: Ketidakpuasan publik yang meluas terhadap kenaikan harga, kesulitan ekonomi, dan ketidakadilan (termasuk tragedi Kanjuruhan yang belum terselesaikan) memicu demonstrasi yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Penggunaan simbol bendera bajak laut One Piece menandai bentuk protes yang unik dan meluas.

Pengalihan Isu Pemerintah: Pemerintah, di bawah Presiden Prabowo Subianto, merespon dengan seruan ketenangan, namun beberapa analis melihatnya sebagai upaya pengalihan isu, dengan tuduhan terhadap pihak lain (termasuk "koruptor" dan aktor asing).

Keterlibatan Oligarki: Analisis mengidentifikasi keterlibatan oligarki yang di rugikan oleh kebijakan Prabowo, yang di duga ingin menjatuhkannya. Kebijakan Prabowo yang menyasar kelompok pengeruk sumber daya alam memicu reaksi. Dugaan keterlibatan aktor asing juga muncul.

Aktor Bayangan: Artikel menyorot dugaan keterlibatan Riza Chalid (pengusaha migas) dan George Soros sebagai aktor bayangan, meskipun bukti langsung masih terbatas. Keduanya muncul dalam narasi yang saling melengkapi, menunjukkan potensi manipulasi situasi politik.

Simulasi SPSS: Simulasi menunjukkan pengaruh signifikan keterlibatan oligarki dan ketidakpuasan ekonomi terhadap intensitas konflik, sementara respons pemerintah yang tidak efektif memperburuk situasi.

Perbandingan Global: Indonesia menunjukkan indeks demokrasi di atas rata-rata ASEAN, namun masih tertinggal dari negara-negara maju, dengan ketimpangan ekonomi yang tinggi dan kebebasan pers yang terbatas.

Kesimpulan: Demonstrasi tersebut bukan sekadar aksi spontan, melainkan pertarungan antara aspirasi rakyat, upaya pemerintah mengendalikan narasi, dan manuver oligarki.

Oleh sebab itu merekomendasikan reformasi struktural, penguatan institusi demokrasi, transparansi kebijakan, pembatasan pengaruh oligarki, dan reformasi ekonomi-politik berbasis keadilan sosial untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa. Investigasi yang menyeluruh dan transparan sangat di perlukan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun