Mohon tunggu...
Jendro RefnasD
Jendro RefnasD Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tidak ada

Tidak ada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Sesuai dengan Paradigma Pembangunan Pancasila?

27 Juni 2019   07:01 Diperbarui: 27 Juni 2019   07:05 3661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah, Pemda DKI dulu (di zaman Fauzi Bowo) pernah mngusulkan pemungutan pajak atas Warung Tegal (Warteg). Apa paradigma pembangunan (atau ekonomi) yang dimiliki Pemda DKI saat itu sehingga mempunyai usulan seperti itu? Jelaskan!

Pada zamannya Fauzi Bowo, Pemda DKI telah mengusulkan tentang pemungutan pajak untuk Warung Tegal (Warteg) untuk meningkatkan pendapatan di tiap-tiap daerah. Banyak pendapatan masuk melalui pendapatan masyarakat di tiap daerah, akan tetapi pendapatannya menghasilkan pendapatan yang positif maupun negative. 

Kita semua mungkin berpikir kenapa Pemda DKI pada zaman Fauzi Bowo bisa mengeluarkan usulan seperti itu, dan mungkin ada yang berpikir apakah usulan yang dimiliki olh Pemda DKI saat itu sesuai dengan paradigma pembangunan (atau ekonomi) dan paradigma pembangunan Pancasila. 

Masalah seperti itu akan menimbulkan permasalahan besar maupun kecil diakibatkan tidak sesuai dengan paradigma yang ada. Tetapi, untuk menjawab pertanyaan seperti itu kita haru tau arti dari paradigma, dan paradigma lainnya, baru kita semua akan tau penjelasan dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang kita selama ini pikirkan.

 

Apa itu paradigma?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paradigma diartikan dalam 3 hal, yaitu kerangka berpikir, model dalam teori ilmu pengetahuan, dan daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut. 

Tapi dari dalam disiplin intelektual, paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhi dalam pola berpikir (kognitif), sikap (afektif), dan tingkah laku (konatif). 

Kata dari paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris pada tahun 1483 dari kata serapan (bahasa Latin) yang berarti suatu mol atau pola. Tidak hanya dari bahasa Latin saja, dari bahasa Yunani paradigma berasal dari kata paradeigma (para+deiknunai) yang artinya bersebelahan (para) dan memprlihatkan (deik).

Paradigma juga didefinisikan sebagai cari kita memandang sesuatu atau pandangan kita (dari dalam bukunya Steven Covey yang brjudul "7 Habits Of Highly Effective People"). 

Dalam bukunya, Steven Covey tlah merangkum bahwa ada 3 paradigma pada umumnya, yaitu paradigm tentang diri sendiri, orang lain, dan tentang khidupan. Pengertian paradigma ini bisa digunakan layaknya seperti mengintropeksikan diri kita sendiri maupun orang lain, karena bisa dibilang ini berkaitan dengan "Personality" kita semua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun