Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengisi Hidup dan Hidup Berisi dalam Iman

8 Desember 2021   15:41 Diperbarui: 8 Desember 2021   16:13 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto.kitakatolik.com

RABU, 08 DESEMBER 2021
HARI RAYA SANTA PERAWAN MARIA DIKANDUNG TANPA NODA
KEJ. 3: 9-15. 20
EF. 1: 3-6. 11-12
LUK. 1: 26-38

Hari ini Gereja Katolik merayakan dua momen penting. Pertama adalah Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Kedua adalah penutupan Tahun Santo Yosep. Kedua Pribadi dalam dua perayaan ini memiliki peran dan posisi penting dalam sejarah keselamatan manusia yang diselenggarakan Allah di dalam diri Putera-Nya Yesus Kristus.

Bunda Maria, seorang dara atau gadis sederhana dari Galilea, Nazareth. Melalui Malaikat Gabriel, Allah mendatanginya, memilihnya untuk menjadi ibu Tuhan. Allah memilih dirinya untuk mengandung dan melahirkan sang juru selamat. Perkandungannya pun terjadi karena kuasa Roh Kudus. "Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai dia Yesus. Ia akan menjadi besar  dan akan disebut Anak Allah yang Maha Tinggi", kata malaikat Gabriel.

Mengapa harus Maria? Memangnya dara di Galilea hanya Maria? Mengapa harus seorang dara yang belum menikah? Mengapa Allah tidak memilih orang yang sudah menikah? Tentu masih ada banyak pertanyaan yang lain. "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil", sabda Tuhan. Mungkin dalam pernyataan ini terkandung di dalamnya pengakuan akan kekuasaan dan kehendak bebas Allah dalam hening-Nya untuk memilih dan memutuskan. "Siapakah aku atau kita (manusia) ini untuk mempengaruhi keputusan Allah?"

Prinsip iman yang jelas dan tegas adalah Maria dikaruniai dan disertai Tuhan seturut pilihan Tuhan sendiri. Karena ia dipilih Allah maka Gereja percaya dan yakin bahwa sejak awal ia sudah dijaga oleh Allah dari kehilangan segala kekudusan yang merundung segala manusia dan ia dirahmati oleh Allah dalam seluruh perjalanan hidupnya. Sejak awal, Ia dikandung bebas dari noda dosa asal dan noda dosa turunan manapun. Lebih lanjut teologi Katolik mengatakan bahwa karena Yesus menjadi daging di dalam dirinya, maka sangat masuk akal apabila Maria bebas dari segala dosa dan menyatakan penyerahan dirinya secara total kepada kehendak Allah. "Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu", kata Maria. Ungkapan ini bukan saja tanda pasrah tetapi lebih dari pada itu ketaatan total di hadapan Allah.

Foto.heraldmalaysia.com
Foto.heraldmalaysia.com

St. Yoseph adalah tunangan Bunda Maria. Ia adalah keturunan Daud. Kehadirannya tidak begitu banyak disebutkan dalam Kitab Suci. Tetapi dari beberapa kali muncul dalam Kitab Suci, kita bisa melihat seperti apa dan siapa itu St. Yosep, terutama dengan tanggapannya terkait perkandungan Maria, tunangannya dari Roh Kudus.

Sebagai manusia, pasti ia protes dan marah pada Maria. Bisa jadi ia menuduh kalau-kalau Maria telah berbuat sesuatu yang begitu amoral dan atau hal lainnya. Di dalam situasi demikian, justru ia di dalam hening dan diam memilih jalan yang lain. "Karena tidak mau mempermalukan Maria, ia hendak menceraikan Maria secara diam-diam". Namun rencananya itu buyar dan pupus tatkala Ia bermimpi dan Allah berbicara kepadanya. Ia pasrah dan juga taat pada kehendak Allah.

Diamnya St. Yosep adalah diam yang produktif, diam yang ilahi. Diam yang berdimensi pasrah dan juga taat seperti sikap Maria. Ia diam bukan untuk menyusun strategi sebarkan gosip, ia diam bukan untuk galau, ia diam bukan untuk cari solusi bunuh diri. Ia diam untuk berpikir tentang kemanusiaan dan juga membuka diri untuk kehendak Allah. Mungkin ia juga dalam hati katakan seperti Bunda Maria;"aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendak-Mu sendiri".

Dari pribadi Bunda Maria dan St. Yosep ini ada nilai prinsipil yang perlu kita pelajari, hayati dan jalani dalam hidup. Bahwasannya hidup kita perlu memiliki isi. Isi kehidupan itu tidak terletak pada keadaan fisik, tidak terletak pada status sosial, tidak terletak pada perbedaan sifat dan karakter. Tetapi hidup yang bernas dan berisi ditemukan hanya di dalam Allah sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun