Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Konferensi Internasional Heritage of Toba: Natural and Cultural Diversity

13 November 2021   10:07 Diperbarui: 13 November 2021   18:09 3334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembukaan Heritage of Toba | Tangkapan layar KOMED

Letusan Gunung Toba 74.000 tahun lalu telah mengubah dunia. Tidak hanya menyisakan badai debu selama 200 tahun, tetapi juga berupa jejak lapisan abu vulkanik dengan ketebalan bervariasi di Asia Selatan.

Ada yang tebal 15 cm, 6 meter di India, 9 meter di sebagian Malaysia, serta di dasar Samudera Hindia, Laut Arab, dan Laut China Selatan.

Hasil letusan Gunung Toba kini menjadi danau seluas ±1,100 km² dengan Pulau Samosir berada di tengah-tengahnya. Luas pulau tersebut tak kurang dari 650 km² dengan titik tertinggi yaitu ±1,600 mdpl.

Danau Toba yang sejatinya adalah kawah gunung berapi memiliki dasar yang curam dengan titik terdalam ±500 meter.

Keberadaan Danau Toba yang ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada Sidang ke-209 oleh Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, tanggal 2 Juli 2020.


Kemudian dinobatkan sebagai Destinasi Super Prioritas (DSP) Toba oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF).

KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF tidak henti-hentinya mengupayakan dan memberdayakan wilayah Danau Toba sebagai warisan nenek moyang “Heritage of Toba” yang dapat mendorong secara nyata terhadap peningkatan perekonomian dan pembangunan berkelanjutan di kawasan Toba sekitarnya.

Tindak lanjut keseriusan pemerintah untuk mewujudkan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia dan ikon Wonderful Indonesia telah terselenggara “International Conference Heritage of Toba: Natural & Cultural Diversity” bertempat di Museum TB. Silalahi Centre, Kabupaten Toba, Rabu 12 Oktober 2021.

Konferensi Internasional yang mengambil tema meningkatkan potensi alam dan keanekaragaman budaya yang diikuti oleh berbagai pihak serta dilaksanakan secara daring dan luring yang menggunakan pentas terbuka serta tetap menjalankan protokol kesehatan di tengah masa pandemi.

Turut hadir pula dari berbagai perwakilan pemerintah dan anggota DPR RI di antaranya dari Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Luhut Binsar Panjaitan yang diwakili oleh Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Kemenko Marves Kosmas Harefa.

Gubernur Provinsi Sumatera Utara Edy Rahmayadi yang diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara, Zumri Sulthony, Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu, Bupati Tanah Karo Cory Sebayang, anggota DPR RI Komisi X Sofyan Tan dan Prof. Djohar Arifin Husin, dan Direktur UNESCO Jakarta Mohamed Djelid.

Menyoroti isu yang diangkat pada konferensi internasional ini, Sofyan Tan anggota DPR RI Komisi X menegaskan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor yang sangat penting untuk masa depan bangsa Indonesia. Provinsi Sumatera Utara yang telah diberikan Tuhan yaitu Danau Toba dengan keindahan yang luar biasa.

Wilayah Danau Toba yang terdiri dari keanekaragaman agama, suku dan ras berikut budaya yang berbeda-beda dan kemudian membentuk satu keunikan tersendiri. Dilihat dari unsur keindahan, kita sudah tidak ada taranya, artinya Danau Toba adalah yang terindah di dunia.

Dilihat dari sudut budaya juga sangat luar biasa. Soal makanan, kita punya daya tarik. Toba punya keunikan, kalau selama ini yang membuat pedas adalah cabai, di Toba kita memiliki andaliman (sering disebut sebagai mericanya Toba).

Kalau bicara makanan yang menarik dan natural, kita punya ikan arsik yang dimasak dengan sangat ramah lingkungan. Ada lagi Naniura yang mirip Sashimi khas Jepang, ujar Sofyan Tan menegaskan.

Tangkapan layar pembukaan event Heritage of Toba | Sumber : kemenparekraf.go.id
Tangkapan layar pembukaan event Heritage of Toba | Sumber : kemenparekraf.go.id

Konferensi internasional ini dibuka secara resmi oleh Sandiaga Salahudin Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang hadir secara daring.

Dalam sambutannya, dia meminta keberlanjutan dan tetap melestarikan aset dunia Danau Toba dengan penyatuan visi, berkolaborasi antara seluruh stakeholder sehingga dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi, lingkungan, dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Tujuan ini dapat terlaksana dengan program yang tepat manfaat, tepat sasaran dan tepat waktu. Untuk itu harus gerak cepat, gerak bersama, dan garap semua potensi agar lapangan kerja terbuka seluas-luasnya, ujar Sandiaga Uno menegaskan.

Menyambung pernyataan Menteri Sandiaga, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF, Rizki Handayani, menjelaskan konferensi internasional ini dilakukan untuk mendiskusikan dan mencari berbagai solusi terhadap masa depan DSP Toba.

Harapan dari konferensi ini bisa mempertahankan dan menguatkan produk wisata yang ada di Toba. Tentunya dengan mengedepankan kearifan lokal dan pelestarian lingkungan.

Sehingga, wisatawan tidak hanya datang untuk berwisata tapi juga memberikan kontribusi dalam pemanfaatan lingkungan, berkontribusi terhadap pengembangan, dan konservasi budaya.

Bagaimana membuat nilai tambah khususnya menarik wisatawan bukan hanya melihat dan kemudian pulang namun mengupayakan length of stay menjadi lebih lama dengan wisata yang lebih tematik atau menarik minat lewat tiga jenis wisata yaitu eco culture, eco nature, dan eco science.

Tangkapan layar Heritage of Toba |Sumber: kemenparekraf.go.id
Tangkapan layar Heritage of Toba |Sumber: kemenparekraf.go.id

Pada konferensi internasional ini dihadirkan pula berbagai pembicara/ahli serta juga praktisi yang telah malang melintang di bidangnya masing-masing yang terbagi ke dalam dua sesi diskusi.

Pada sesi pertama, diisi oleh Ahli Geologi ITB Indyo Pratomo, Ahli Ekowisata IPB Prof. Harini Muntasib, dan Aktivis Lingkungan Annette Horschmann.

Sedangkan pada sesi kedua diisi oleh Fashion Desainer, Athan Siahaan, Praktisi Kuliner Indonesia, Santhi Serad, Ahli Budaya Batak Universitas Hawaii, USA, Prof. Uli Kozok dan tidak ketinggalan Musisi, Viky Sianipar.

Pada konferensi ini salah seorang pembicara yaitu Aktivis Lingkungan, Annette Horschmann menyampaikan saran untuk penguatan pengembangan produk pariwisata di Danau Toba diperlukan cable car atau kereta gantung untuk menambah atraksi wisata sebagai salah satu pengalaman baru pengunjung ke kawasan Toba.

Cable car sangat ramah energi, ramah lingkungan. Kereta gantung bisa mengangkat banyak orang ke gunung tanpa menggunakan banyak listrik, karena kerjanya dengan gravitasi. Jadi, kalau kita bisa buat network of cable cars dari Tomok sampai ke Tele sangat luar biasa demikian disampaikannya.

Antusiasme para peserta dalam diskusi cukup berjalan interaktif ditandai dengan para pihak yang hadir secara luring dan daring ini begitu banyak memberikan masukan dan saran yang memperkaya gagasan kepada pemberdayaan DSP Toba kedepannya.

Dimulai dari sejarah terbentuknya Danau Toba, hingga isu lingkungan dan ekowisata yang berdampak secara langsung maupun tidak langsung menjadi perhatian pemerintah dan seluruh pihak.

Peserta yang hadir secara luring (offline) terdiri atas para tokoh masyarakat, pejabat Dinas Pariwisata Provinsi dan Kab/Kota, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi dan Kabupaten.

Hadir pula Asosiasi Usaha Pariwisata (ASITA, PHRI, GIPI, dll), pelaku wisata, budayawan, seniman, LSM, komunitas gerakan akar rumput pemberdayaan masyarakat, akademisi, mahasiswa, dan media massa.

Salah satu faktor kunci dan penegasan siapa yang bertanggungjawab membangun atau mengelola wisata Toba oleh narasumber adalah warga atau masyarakat Batak sendiri yang dilewati wilayahnya oleh Danau ini.

Rasa memiliki yang tinggi, mengenal karakter masyarakat dan budaya sehingga memahami mekanisme memimpin pengembangan Danau Toba. Kalaupun ada yang peran pemerintah sesungguhnya adalah pendampingan semata.

Pagelaran konferensi internasional ini diselenggarakan oleh KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF bekerjasama dengan Kompas Group. Selain para tamu undangan, acara ini juga dihadiri oleh 10 orang Kompasianer pemenang blog competition di Kompasiana yang bertemakan Heritage of Toba.

Blog competition tersebut mengajak Kompasianer membuat konten artikel tentang ide, gagasan serta promosi tentang pengembangan pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan, ramah lingkungan, serta mensejahterakan masyarakat yang ada di kawasan Danau Toba.

Untuk menambah partisipasi dari para pelaku usaha di kawasan Toba pada konferensi internasional kali ini, ditampilkan pula beberapa pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) produk kreatif Toba mulai dari kuliner hingga karya tenunan khas Toba dan sekitarnya.

Semakin menarik dengan menampilkan beberapa tarian dari keterwakilan suku di seputaran Danau Toba yaitu suku Batak Toba, Simalungun, Karo dan Dairi.

Di awal acara juga diputar video bertajuk The Heartbeat of Toba yang begitu atraktif serta memberikan esensi dan semakin memasarkan Danau Toba sebagai destinasi wisata Wonderful Indonesia karena keajaiban dan keindahan alamnya.

Seluruh rangkaian konferensi dapat berjalan dengan baik dengan penerapan CHSE MICE yang ketat agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan melakukan kegiatan MICE pada masa pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun