Danau Sidihoni terletak di Desa Ronggur Nihuta yang berjarak 8 kilometer dari Pangururan tidaklah kalah menarik dan begitu indah. Pemandangan di sekitar danau bisa dipantulkan oleh air danau. Dikelilingi oleh bukit landai berwarna hijau muda dan deretan pohon pinus, semakin menambah keindahan. Hamparan luas rumput yang menghijau dengan tanah yang bergelombang menambah keindahan dan kesan berwisata yang identik dengan berwisata ke luar negeri seperti Selandia Baru.
Ada beberapa fenomena dengan danau yang terbentuk oleh alam ini. Dahulu adalah rawa-rawa dan hutan namun setelah pepohonan yang ditebang dan terbentuk daratan hingga menjadi danau. Mengutip dari berbagai sumber, danau ini pernah mengalami kekeringan sebanyak 3 kali. Oleh para penetua adat diceritakan bahwa kekeringan terjadi bertepatan dengan penjajahan Jepang, pemberontakan Permesta, dan gempa Aceh tahun 2004 silam. Fenomena alam yaitu kekeringan di Danau Sidihoni adalah pertanda buruk akan terjadi masalah besar di negeri ini. Demikian adanya sebuah kepercayaan pada masyarakat di kawasan Danau Sidihoni.
Lagi-lagi wisata juga akan semakin menarik bila storyline menjadi salah satu bahan yang akan dibagikan bagi teman-teman sepulang dari liburan. Patung Sigale-gale atau si “lemas-lemas yang terletak di Tomok menawarkan setiap pengunjung untuk bersama menari. Sebuah ritual menari dengan latar belakang patung Sang Raja Manggale anak dari Raja Rahat yang mengutus anaknya ke medan perang namun mati dan tidak didapati keberadaan mayatnya. Sehingga dalam kesedihan mendalam Raja Manggale jatuh sakit dan oleh para dukun menyarankan agar membuat patung yang mirip sang pangeran dan menghembuskan roh ke patung sehingga bisa bergerak-gerak dan membuat semangat Raja kembali bangkit.
Sesungguhnya bila menjelajahi Danau Toba dan kawasan seputarannya mungkin diperlukan paling tidak 30 hari penuh. Spot wisata yang unggul dan menarik sesuai dengan latar belakang adat istiadat berlatar belakang adat Batak Toba, Karo, Simalungun dan Pakpak. Bukit Holbung, Bonan Dolok, air terjun Efrata, Menara Padang Tele, Pantai Bul-bul, Tao Silalahi, Air terjun Sipiso-piso, Bukit Indah Simarjarunjung, Taman Wisata Iman, Muara Nauli, Bukit Gajah Bobok, dan banyak kawasan lainnya yang merupakan bagian dari DSP Toba yang luar biasa indah dan telah tersedia sebagai anugerah alam dari Sang pemilik Semesta.
Sejak terbit matahari bisa menikmati aktivitas permainan air, atau sekedar berjemur di tepian danau sampai waktu matahari terbenam dengan secangkir kopi hangat khas Kaldera Toba. Di malam hari bagi pecinta Astrofotografi adalah merupakan surga spot foto kelas dunia yang juga tidak kalah dengan kawasan di benua Eropa seperti Swiss dan Norwegia.
Promosi dan memperkenalkan warisan Kaldera Toba dengan menyediakan fasilitas dan infrastruktur terbaik adalah bagian tanggung jawab dari pemerintah dan masyarakat. Peran serta komunitas, lembaga swadaya masyarakat, dan tentunya mentalitas masyarakat sendiri akan sangat menentukan kesan setiap pengunjung untuk merasakan kenyamanan. Rasa nyaman yang bukan saja berasal dari alam namun juga adanya pagelaran seni budaya, menikmati kuliner khas serta didukung pula oleh tersedianya fasilitas hiburan lain. Diramu sebagai satu kesatuan dengan sikap disiplin masyarakat menerapkan kebersihan menjadi sebuah pekerjaan rumah dan tantangan untuk mewujudkan DSP Toba sebagai destinasi unggulan.
Pada akhirnya, aktivitas pariwisata adalah bukan saja menikmati keindahan alam namun juga pengalaman-pengalaman baru dari interaksi yang tidak terlupakan dari sebuah daerah atau peradaban. DSP Toba adalah bagaikan seorang puteri cantik jelita yang secara fisik telah dianugerahi wajah dan tubuh nan rupawan namun bila tidak diupayakan terus dirawat akan tergerus umur serta menua. Jauh dari sekedar modal fisik yang sudah diwariskan tentunya adalah bagaimana seorang puteri yang memiliki keindahan dari dalam hati dan pikiran yang tercermin dari perkataan dan pelayanan yang memberikan kesejukan bagi setiap orang. Semoga
Horas, Mejuah-juah, Njuah-juah