Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Risiko Operasional

28 April 2021   15:46 Diperbarui: 30 April 2021   11:18 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebut saja beberapa pembobolan bank yang terjadi oleh karyawannya sendiri seperti kasus Malinda Dee merupakan seorang mantan Senior Relationship Manager melakukan pembobolan dana nasabah private bank. Yang bila dirunut adalah kegagalan bank terhadap risiko operasional dari sisi karakter manusia, kesempatan dan kewenangan berikut kepercayaan yang berlebihan, penyalah gunaan sistem prosedur operasional, hingga faktor lainnya. Bahkan beberapa kasus hampir semua pelaku adalah para staff atau karyawan terpercaya dan memiliki hubungan emosional yang kadang jauh dari kata rasional. Diyakini pula bahwa dari kasus krisis kredit moneter berikut kredit macet yang berjibun saat itu adalah dari para bankir yang secara hubungan emosional sangat dekat dengan para debitur nakal dan orang-orang tertentu. Terpercaya, pembiaran dan irasional kemudian bank merugi.

Akankah digitalisasi dapat menggantikan manusia dengan segala plus minusnya? Saya telah mengulas sebelumnya pada artikel “Digitalisasi Perbankan : "Kegagalan Manusia dan atau Keikhlasan Robot?" Sebuah essai apakah sesungguhnya terjadi diantara kegagalan-kegagalan humanis berikut peluang yang masih terbuka bagi bank dalam mengelola risiko operasionalnya yaitu insan perbankan itu sendiri. Apakah kemudian dengan adanya mesin-mesin pengganti yang memitigasi risiko akan memuluskan pencapaian terhadap tujuan bank? Semuanya akan juga tergantung dari pendekatan rasional tanpa pula menghilangkan atau “zero risk” terhadap sebuah pendekatan secara emosional.

sumber : shutterstock.com
sumber : shutterstock.com
Kekerabatan ataupun hubungan emsosional tidak akan sama sekali hilang kalau menurut pandangan saya pribadi. Koneksi dan terelasi sebagai manusia dengan aturan main sejak awal perencanaan proses rekrutmen yang menjunjung profesionalisme yaitu parameter kualifikasi dan kompetensi adalah sebuah hal yang mutlak. Derajat pendekatan “kekerabatan” atau pun mengandalkan pendekatan hubungan emosional bagi para karyawan yang terkoneksi dengan nasabah inti bank juga masih diperlukan namun dikurangi sebelum akhirnya hanyalah sebuah anugerah semata. Namun secara memadai pula pengawasan melekat dari para manager independen beserta penguatan SOP, migrasi sistem digitalisasi akan membuat model baru yang kuat bank di era pandemi dan masa yang akan datang. Dan kesemuanya itu diperlukan konsensus dan konsistensi.

Bagaimana selanjutnya? Merencanakan kurikulum pelatihan dan membekali para karyawan “titipan” dengan segudang aturan main dan menambah pengetahuan terkait risiko bank adalah sesuatu yang melelahkan namun satu faktor memitigasi risiko operasional. Atau pilihan dengan merekrut manusia super “pintar” secara kompetensi dan kemudian terbuka kehilangan mereka-mereka yang mewakili para pihak-pihak berkepentingan dan terkait adalah juga menjadi risiko baru bagi bank. Semua selera risiko adalah menjadi faktor penting dari para pejabat dan pemilik bank. 

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah tidak didapati seseorang yang memiliki relasi dan terkoneksi dengan bekal “kedekatan” namun juga memiliki kompetensi yang memadai? Silahkan para pengurus dan pejabat bank yang menjawabnya masing-masing. Toh, pilihan reward atau punishment terhadap kegagalan risiko manusia ini akan menjadi kunci keberhasilan atau juga bencana yang akan terus menjadi momok bagi dunia perbankan. Salam Profesionalisme

Medan, 28 April 2021

--JBS--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun