Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kampus Unggulan Richi dan Duti

5 April 2021   22:02 Diperbarui: 7 April 2021   05:18 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : intisari.grid.id

Sebuah penantian panjang bagi dua orang sahabat karib yang akhirnya diterima di sebuah kampus ternama di fakutas dan jurusan yang sama. Ya, dua orang sahabat kental yang sejak duduk di bangku SMA selalu bersama, Richi dan Duti demikian panggilan kepada dua gadis ini.

Bergegas dari rumahnya masing-masing dan kemudian berjumpa di kampus adalah waktu yang sangat menyenangkan yang dilewati oleh mereka. Apalagi saat masih duduk di semester awal tampaknya keduanya masih mencoba beradaptasi dari peralihan masa-masa SMA ke perkuliahan yang lebih banyak diberikan kebebasan berkreasi dan mengatur waktu untuk belajar sendiri.

Meski keduanya tampak sebagai sahabat yang tidak terpisahkan namun keduanya adalah berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda sehingga juga memiliki cita-cita yang berbeda pula. Ayah Richi adalah seorang pedagang besar hasil bumi yang cukup ternama, sedangkan Duti memiliki ayah yang bekerja sebagai seorang karyawan di sebuah toko buku. Richi si anak tunggal yang kondisi keuangannya terbilang sangat mampu kalaupun tidak bisa dibilang kaya, sedangkan Duti si gadis tertua di keluarga dengan keempat adiknya, terbilang adalah keluarga yang sangat sederhana. Namun keduanya tidak pernah memiliki jarak dengan kondisi strata sosial yang berbeda. 

Bahkan Ayah Richi dan Duti sudah sangat mengenal dengan baik. Tidak jarang pada banyak acara keluarga diantara mereka saling berkunjung dan menghadiri misalnya saja acara ulang tahun Richi dan Duti.

Sebagai anak tunggal, ayah Richi sejujurnya mendambakan agar anaknya tidak perlu untuk melanjutkan ke universitas. Ayahnya yang sangat merasa kesepian karena sering ditinggal di rumah berdua dengan ibunya. Kalaupun ada yang menemani di rumah hanyalah si Wati yang membantu mereka sebagai ART. Tidak jarang dengan usaha yang kini telah semakin besar dan bahkan orderan melimpah sampai ke luar kota membuat ayah Richi cukup resah untuk kemudian meninggalkan rumah apalagi tidak menjemput atau mengantar Richi ke kampus. Sebuah pekerjaan yang masih saja terus dilakukannya meski sang anak sudah semakin dewasa. Bahkan terkadang Richi sedikit jengkel karena sang ayah yang cukup protektif dan kurang memberikan kebebasan padanya. Meski di garasi rumah ada 4 mobil dan Richi juga bisa menyetir sendiri namun keinginannya untuk kemudian membawa mobil sendiri ke kampus sungguh jarang terjadi.

Bagaimana dengan Duti? Sedangkan sebagai anak tertua, ayah Duti yang hanyalah seorang karyawan biasa dengan keempat adiknya terkadang juga harus berjibaku dengan kerjaan sampingan lain demi mendapatkan tambahan penghasilan untuk mendukung Duti juga adik-adiknya yang semuanya masih sekolah dan kuliah. Tak jarang dari pagi hari hingga larut malam, ayah Duti baru pulang ke rumah dan mendapati anak-anaknya termasuk Duti sudah terlelap tidur. Sebuah perjuangan keras seorang ayah yang selalu berjuang untuk pendidikan anak yang lebih tinggi dan harapan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dari dirinya di kemudian hari.

Adalah sebuah tantangan bahkan bila hendak berkata jujur, dulu ayah Duti sangat berat hati untuk menggugurkan keinginan sang anak untuk melanjut kuliah di kampus unggulan. Karena meski berstatus negeri unggulan namun bila dihitung-hitung penerimaan atas gaji yang dia terima dibandingkan pengeluaran untuk kebutuhan makan atau hidup plus biaya persekolahan dan perkuliahan jauh dikatakan seimbang. Mau tidak mau bila hanya mengandalkan penghasilan sebagai karyawan toko buku pastilah anaknya tidak bisa hidup dan juga bersekolah.

Kesemua masalah ini tidak pernah disampaikan oleh ayahnya pada Duti juga kepada keempat adiknya, hanya dia seorang diri dan ibu Duti.

Hari berganti hari, bulan demi bulan dan akhirnya tahun demi tahun di penghujung perkuliahan mereka di kampus unggulan. Richi dan Duti telah sepakat bahwa mereka akan menyelesaikan perkuliahan mereka tepat waktu dan harapan yang sama untuk wisuda bersama-sama pula. 

Namun sesuatu yang berbeda adalah saat ini Richi juga sedang sibuk-sibuknya untuk mempersiapkan pesta pernikahan dengan calon suami yang juga adalah senior di kampus unggulan mereka.

Richi si anak tunggal dalam benak hatinya terdalam sesungguhnya masih menginginkan untuk menjadi seorang akuntan ternama yang dari dulu ia cita-citakan. Bertas ransel dengan laptop didalamnya, kemudian bertugas berikut pula bertraveling ke luar kota dengan gaji impian yang besar keliling Indonesia. Sebuah impian yang dia kubur karena telah berjanji kepada sang ayah bahwa akan menyelesaikan perkuliahan dan kemudian akan melanjutkan usaha ayah dengan terlebih dahulu mencari pasangan hidup karena ayahnya sangat merindukan kesunyian yang selama ini sudah terbiasa menjadi riuh dengan kehadiran cucu-cucu yang bisa menghiburnya di usia lanjut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun