Mohon tunggu...
JBlues E-Blusukan
JBlues E-Blusukan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Official Account - Jokowi Blusukan in Social Media | e-Blusukan Program 2014-2019 for Jokowi-JK | Kawal Jokowi-JK dan pemerintahannya agar menunaikan amanat rakyat.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

11 Kali Ajakan Kerja Dalam Pidato 6:33 Menit Jokowi

21 Oktober 2014   15:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:17 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam pidato 6:33 menit saat pelantikan dirinya sebagai presiden, Jokowi menyerukan 11 kali ajakan menggunakan kata "bekerja".

Konon, Jokowi mendapatkan jatah waktu 45 menit untuk menyampaikan pidato sebagai presiden pada Sidang Paripurna MPR dengan acara tunggal pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Namun, ia menggunakan waktu 2:30 menit untuk pembukaan, 6:33 menit isi pidato, dan 2:18 menit untuk penutup.

Relatif singkat, namun padat. Terkesan lekas, namun bernas. Dalam sorotan media massa dalam dan luar negeri, sebenarnya ini kesempatan terbaik bagi Jokowi untuk narsis dan mengemas pencitraan. Tapi tidak. Itu bukanlah tipikal Jokowi.

Anda akan semakin tercengang bila menyimak analisa yang dibuat harian Kompas Selasa, 21 Oktober 2014 (hlm 3) dengan tajuk "Bekerja... Bekerja... Bekerja!" Dalam durasi pidato 6:33 menit, Jokowi mengutarakan seruan "Bekerja Keras" sebanyak 8 kali dan "Bekerja, Bekerja, Bekerja" sebanyak 3 kali.

Sebuah jumlah yang luar biasa untuk durasi waktu sependek itu. Maka, seruan seorang politisi yang mencoba bijak dengan mengingatkan agar Jokowi jangan berlama-lama berpesta, sungguh tidak relevan. Di tengah "pesta" yang belum usai, beliau sudah bekerja. Catat saja misalnya, beliau menerima beberapa utusan negara sahabat dan melayani wawancara dengan sebuah stasiun TV.

Barangkali yang perlu dikhawatirkan adalah kesiapan para (calon) menteri untuk menunaikan 11 kali kata "Bekerja" tersebut. Siapa pun tokoh yang manja, atau menyisakan kemanjaan masa muda, diharapkan dengan sadar menolak untuk dicalonkan. Mengapa? Karena Jokowi menginginkan pemerintahan yang gesit, progresif, dan kerja pagi-siang-malam. Dan, rakyat serta relawan yang sudah melek informasi akan mengawasi Anda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun