Mohon tunggu...
Jawanri Citra Situmorang
Jawanri Citra Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Mencintai Hikmat-Nya

ingin terus belajar, selama Tuhan masih berkehendak....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru Melawan Hoaks

10 November 2017   13:56 Diperbarui: 10 November 2017   14:19 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: salafynews.com

"Jokowi adalah keturunan PKI dan antek Asing", judul berita ini pernah menyebar di media sosial baik facebook, whatsapp dan twitter. Dengan berbagai argumen dan kutipan-kutipan pendapat beberapa tokoh penting serta menghubungkannya dengan kejadian-kejadian lainnya seolah-olah berita ini adalah kebenaran. Beberapa orang yang kontra dengan Jokowi, langsung membagikan berita itu ke berbagai group di media sosial. Bahkan muncul komentar-komentar yang sarkastik dan rasis.

Berita seperti di atas salah satu berita hoaks dari ratusan ribu berita hoaks yang menghebohkan di dunia ini. Saat ini perkembagan teknologi informasi dan komunikasi sangat cepat dan dinamis. Setiap informasi begitu mudah didapatkan dan disebarkan dengan cepat kemana saja. Kemajuan teknologi ini patut diapresiasi oleh semua pihak namun juga harus tetap diwaspadai. Buruknya, info hoaks juga begitu cepat menyebar bagaikan angin yang berhembus kemana saja tanpa ada halangan. Penyebaran berita hoaks dipicu oleh perkembangan tekonologi informasi yang sangat cepat dan terus menerus ini. Berita hoaks begitu sulit dibendung karena berbagai faktor yang mendukung hoaks terjadi di tengah masyarakat artinya ada akar permasalahannya. Maraknya hoaks ini turut menyebabkan berbagai dampak buruk yang sangat mengerikan dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi, termasuk dalam bidang pendidikan juga.

Sejarah Hoax

Kata hoax sendiri muncul pertama kali dari sebuah film yang berjudul the hoax. The Hoax adalah sebuah film drama Amerika 2006 yang disutradarai oleh Lasse Hallstrm. yang diskenario oleh William Wheeler, film ini dibuat berdasarkan buku dengan judul yang sama oleh Clifford Irving dan berfokus pada biografi Irving sendiri, serta Howard Hughes yang dianggap membantu menulis. Banyak kejadian yang diuraikan Irving dalam bukunya yang diubah atau dihilangkan dari film, dan penulis kemudian berkata, "saya dipekerjakan oleh produser sebagai penasihat teknis film, tapi setelah membaca naskah terakhir saya meminta agar nama saya dihapus dari kredit film.

Itu mungkin disebabkan karna plot naskah tak sesuai dengan novel aslinya, "
Sejak itu, film hoax dianggap sebagai film yang banyak mengandung kebohongan, sehingga kemudian banyak kalangan terutama para netter yang menggunakan istilah hoax untuk menggambarkan suatu kebohongan, lambat laun, penggunaan kata hoaks di kalangan netter makin gencar.

Bahkan kabarnya kata hoaks digunakan oleh netter di hampir seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Pada awalnya hoaks ini adalah bentuk serangan pesan antar individu atau kelompok tentang suatu informasi baik memlaui media sosial, elektronik maupun cetak. Pada kenyataannya berita hoaks sudah banyak terjadi di Indonesia baik di kota-kota besar maupun kota sedang berkembang bahkan pedesaan. Anehnya berita hoaks ini menjadi suatu bisnis dan industri yang dapat mengahasilkan uang bagi individu dan kelompok tertentu seperti yang dilaporkan Bareskrim Polri baru-baru ini yaitu kelompok Saracen, kelompok spesialis yang mengerjakan hoaks tertentu untuk kelompok atau organisasi seperti pesanan untuk target tertentu. Uang didapatkan ketika mereka berhasil mengirimkan berita, artikel, foto, maupun video tersebut ke media sosial. Semakin banyak viewer dan sharenya maka akan semakin banyak uang yang akan tertransfer ke rekeningnya.


Dampak Penyebaran Hoax

Kebohongan adalah musuh utama kejujuran dan kebenaran. Pada awalnya bisa saja tidak begitu terasa tapi akhirnya akan banyak melahirkan kebohongan dan kepahitan. Jika diadakan survei pasti tidak ada satupun orang di dunia ini yang suka dibohongi. Namun kenyataanya ada saja alasan orang untuk berbohong dan menyebarkan kebohongan. Teringat ketika dulu sekolah minggu, guru kami selalu berkata bahwa berbohong itu adalah dosa dan bapa dari orang yang berbohong adalah iblis. Ternyata menyebarkan kebohongan itu juga paling berdosa lagi.

Dampak hoaks begitu mengerikan jika terus menerus terjadi di masyarakat. Kepercayaan akan sulit didapatkan dan bisa menyebakan kerusuhan sosial juga. Berikut ini beberapa dampak penyebaran hoax, yaitu :

  • Merugikan suatu pihak atau kelompok tertentu,judul yang provokatif dan isi berita yang tidak akurat dapat menuai berbagai opini negatif, tentu opini negatif ini dapat merugikan pihak yang bersangkutan. 

  • Memberikan reputasi buruk akan seseorang/sesuatu,apabila berita tersebut tidak diteliti dan langsung dibagikan dan seantero teman juga jadi ikut percaya, itu bisa jadi bahaya. Sebab isi berita hoax yang merugikan tersebut bisa membuat image seseorang menjadi jelek dan ketika sudah viral tidak akan ada yang mau bertanggung jawab

Menyebarkan fitnah,selain reputasi buruk yang terbentuk, fitnah pun bisa tercipta melalui berita hoax yang tersebar. Hal ini juga sudah ditegaskan dan dilarang oleh pemerintah melalui undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik,

Menyebarkan informasi yang salah, pentingnya mengecek kembali keaslian gambar, foto, video atau judul yang terlihat ilmiah juga sebelum disebarkan. Beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum menyebarkan suatu informasi adalah cek keaslian situs & cek domain situs, cek informasi kontak pada situs, cek keaslian foto, periksa fakta dan ikut serta grup diskusi anti-hoax. Agar semakin yakin dan terhindar dari segala Hoax yang bertebaran di sosial media maupun grup chat kamu bisa ikut dalam fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci, gerakan turnback hoax.

Beberapa faktor penyebab suburnya hoax tersebar di lingkungan masyarakat antara lain:

Tingkat literasi rendah

Literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan   memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.  Ketika kemampuan literasi masyarakat rendah maka pemahaman tentang suatu informasi akan semakin rendah juga. Hal  ini akan berdampak buruk dengan penyebaran informasi yang diterima tanpa dicerna terlebih dahulu. Penyebaran hoaks akan begitu cepat tanpa ada konfirmasi dan klarifikasi informasi.

Wawasan kesejarahan yang sedikit

"Jass Merah" ala Presiden Soekarno bukanlah hanya omongan semata, hal ini sesungguhnya menjadi peringatan besar kepada bangsa kita supaya sungguh-sungguh untuk mempelajari sejarah bangsa. Para pemangku kepentingan perlu bersinergi yang untuk meningkatkan pemahaman wawasan sejarah yang kuat bagi setiap generasi tanpa menghilangkan nilai-nilai penting dari sejarah tersebut. Wawasan sejarah yang kuat akan mampu membendung informasi-informasi hoaks yang bersifat mengadu domba dan memecahkan persatuan bangsa dan negara. Wawasan kesejarahan perlu dikembangkan lagi tidak hanya melaui pelajaran pendidikan sejarah atau IPS di sekolah namun juga memproduksi film sejarah yang kreatif dan berkualitas. Menampilkan tokoh-tokoh pahlawan nasional dulu berjuang untuk memerdekakan bangsa ini. Termasuk juga menuliskan cerita dan komik yang membuat inspirasi bagi anak-anak dan remaja yang relevan dengan anak zaman sekarang. Tentu masih banyak hal lagi yang harus dikembangkan, termasuk meningkatkan kreatifitas pembelajaran guru dalam mengajarakan materi sejarah supaya tidak monoton dan membosankan bagi siswa. Sehingga  menjadi pembelajaran yang hidup dan bertumbuh terhadap peserta didik.

Nalar ilmiah rendah

Kemampuan literasi berkaitan erat dengan nalar imiah, jika nalar ilmiah sudah semakin baik, kemampuan menelaah informasi juga akan semakin baik. Kita harus sadari akhir-akhir ini banyak pelaku usaha yang merugi bahkan gulung tikar karena berita hoaks. Berbagai produk yang diisukan memilik zat berbahaya dan pegawet. Seperti isu tidak boleh makan udang jika usdah minum vitamin C. Informasi tersebut terkadang terlihat ilmiah, nyatanya adalah imajinasi belaka yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. 

Pergaulan lintas kultural yang mengerut

Sebagai mahluk sosial, seharusnya setiap individu memiliki hubungan sosial yang baik dengan sesamanya di lingkungannya. Pergaulan yang sempit akan menimbulkan sikap primodialistik dan fanatisme dikelompoknya. Jika ada informasi negatif dan heboh tentang lintas kultur yang berbeda akan menerima saja tanpa mengklarifikasi berita tersebut. Dampak buruknya lagi, hal ini dapat menyebakan konflik horizontal di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, para orang tua harus mendidik anak-anaknya untuk mengenal lintas budaya dan karakteristik bangsa ini yang majemuk dari Sabang sampai Merauke.

Guru Vs Hoax

Hoax adalah musuh bersama tapi sulit diberantas jika tidak ada kesehatian dan kerja sama semua pihak untuk menuntaskannya. Sebagai pendidik, Guru adalah salah satu tokoh sentral penentu pergerakan dan perubahan bangsa di masa depan. Peran guru yang besar ini mampu untuk melawan segala permasalahan bangsa. Guru menjadi seorang pendidik anti hoax sudah membantu penyebaran hoax di dunia pendidikan. Guru juga mampu mengubah wajah bangsa seperti apa nantinya di masa depan. Para pendidik yang anti hoax mampu berdiri di depan, tengah dan belakang sebagai penyelamat bangsa dari hoax. Dengan mendidik anak-anak bangsa dengan kebenaran. Hal ini akan menjadikan para siswa menjadi pribadi yang kuat dan kritis dalam memegang kebenaran. Selain itu, guru harus lebih bekerja keras lagi untuk meningkatkan gerakan literasi di sekolah, membuat pembelajaran kebangsaan dan kesejarahan yang lebih kreatif dan bervariasi dan tetap setia mengajarkan kebenaran serta teladan dalam kebenaran. Sebab, guru terbaik adalah guru yang mampu mejadi teladan bagi anak-anaknya.

Selamat Hari Pahlawan Nasional

10 November 2017

Dan

Hari Guru Nasional

25 November 2017

Salam....

Jawanri Citra Parulian Situmorang.

Sumber :

1 

2 

3. 

4. www.kompasiana.com

Harian Kompas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun