Mohon tunggu...
Penulis Senja
Penulis Senja Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer

Selamat Datang di Konten Blog saya, semoga dapat menghibur dan menginspirasi kalian semua. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar untuk request cerpen, puisi, artikel atau yang lainnya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Embun Pagi dan Daun Maple

10 Mei 2024   09:01 Diperbarui: 10 Mei 2024   09:19 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest: https://pin.it/459iLu5T8

Di sebuah desa kecil di pinggiran hutan, tinggal seorang nenek bijak bernama Nenek Sari. Ia dikenal karena memiliki kebun yang penuh dengan bunga dan pohon maple yang rindang. Di pagi hari, daun-daun maple itu selalu dilapisi embun yang berkilauan, menciptakan pemandangan yang sangat indah.

Suatu hari, seorang anak kecil bernama Arif datang mengunjungi kebun Nenek Sari. Arif adalah anak yang ceria, tetapi sering merasa sedih dan kecewa karena teman-temannya sering mengejeknya karena ia kurang mahir dalam olahraga.

Sambil berjalan-jalan di kebun, Arif memperhatikan embun di atas daun maple. "Nenek, mengapa embun ini begitu indah? Tapi hanya sebentar, lalu hilang ketika matahari naik," tanya Arif dengan rasa ingin tahu.

Nenek Sari tersenyum, menundukkan kepala, dan menangkap beberapa embun di ujung jarinya. "Lihat, Arif," kata nenek sambil menunjukkan embun di jemarinya. "Embun ini seperti banyak momen dalam hidup kita. Ia datang sebentar, memberi keindahan, dan kemudian pergi. Hal ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai setiap momen."

Arif tampak bingung, jadi Nenek Sari melanjutkan, "Seperti saat kamu bermain dengan teman-temanmu. Mungkin kamu tidak selalu menang atau menjadi yang terbaik, tapi momen bersama mereka, tawa yang kalian bagi, itu adalah embun pagimu. Jangan fokus pada matahari yang membuat embun menghilang, tapi nikmati kilauannya selama ada."

Arif mulai mengerti. Ia selalu mengkhawatirkan kegagalannya hingga ia lupa menikmati momen-momen baik yang sebenarnya banyak terjadi. "Jadi, aku harus lebih sering melihat embun, bukan mataharinya?" tanya Arif, matanya berbinar-binar.


"Betul sekali," jawab Nenek Sari. "Dan ingat, setiap orang memiliki keunikan mereka sendiri. Kamu mungkin tidak terbaik dalam olahraga, tapi kamu memiliki banyak hal lain yang bisa kamu tawarkan. Seperti daun maple ini, tidak semua daun sempurna, tapi semua bersama-sama menciptakan kebun yang indah."

Sejak hari itu, Arif mulai melihat kehidupan dan dirinya sendiri dari perspektif yang berbeda. Ia tidak lagi terlalu mengkhawatirkan apa yang orang lain pikirkan tentangnya, dan lebih fokus pada hal-hal baik yang ia miliki. Embun pagi di kebun Nenek Sari mengajarkannya untuk menghargai setiap momen, setiap pertemuan, dan setiap peluang yang datang kepadanya.

Nenek Sari dan kebunnya dengan daun-daun maple yang rindang menjadi tempat suci bagi Arif, tempat di mana ia belajar tentang kehidupan, tentang menerima diri sendiri, dan tentang arti sejati keindahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun