Mohon tunggu...
Jausyan Kabir
Jausyan Kabir Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan Masyarakat

Umur sudah kepala 4, rambut sudah memutih, dan berusaha selalu ingat kematian

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Perubahan Iklim: Ancaman Tersembunyi di Balik Lonjakan Penyakit Menular di Indonesia

20 Mei 2025   03:52 Diperbarui: 20 Mei 2025   03:52 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Perubahan iklim saat ini bukan lagi sekadar isu lingkungan yang abstrak, melainkan sudah menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat, termasuk Indonesia. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan bahwa perubahan iklim memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan penyebaran penyakit menular, yang berpotensi memperburuk kondisi kesehatan di berbagai wilayah, terutama di daerah tropis seperti Indonesia.

Perubahan iklim memengaruhi berbagai variabel lingkungan yang sangat menentukan ekologi penyakit menular, seperti suhu, kelembaban, curah hujan, dan kualitas air. Kenaikan suhu rata-rata global berdampak langsung pada siklus hidup dan distribusi vektor penyakit, khususnya nyamuk. Nyamuk pembawa virus demam berdarah, chikungunya, dan parasit malaria menjadi lebih aktif dan berkembang biak lebih cepat dalam suhu hangat yang meningkat. Selain itu, intensitas cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan yang semakin sering terjadi juga mengganggu sanitasi dan ketersediaan air bersih. Banjir dapat menyebabkan kontaminasi sumber air oleh patogen berbahaya sehingga mempercepat penyebaran penyakit diare, leptospirosis, dan penyakit kulit. Kekeringan juga berkontribusi pada penurunan kualitas air yang meningkatkan risiko infeksi saluran pencernaan. Ketidakteraturan pola curah hujan memperburuk kondisi lingkungan di beberapa wilayah sehingga menjadi lebih kondusif bagi perkembangan vektor penyakit.

Salah satu penyakit menular yang mendapatkan perhatian khusus akibat perubahan iklim adalah tuberkulosis (TB). Penelitian BRIN yang dipimpin oleh Dianadewi Riswantini menunjukkan bahwa perubahan iklim turut berkontribusi terhadap peningkatan kasus TB di wilayah Jawa Barat. Suhu dan kelembaban yang lebih tinggi memungkinkan bakteri penyebab TB bertahan lebih lama di lingkungan sekitar, sementara perubahan iklim juga dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia terhadap infeksi, terutama bagi kelompok rentan.

Dalam merespons tantangan ini, BRIN memainkan peran sentral dengan melakukan penelitian dan pengembangan teknologi. Mereka mengembangkan model analisis data iklim yang menggabungkan variabel waktu dan lokasi untuk memahami secara empiris bagaimana perubahan iklim mempengaruhi penyebaran penyakit. Model ini memungkinkan identifikasi wilayah rawan sehingga dapat mendukung perencanaan intervensi kesehatan yang lebih efektif dan tepat sasaran. Selain itu, BRIN juga berfokus pada inovasi di sektor ketahanan pangan dengan mengembangkan varietas tanaman seperti jagung dan kentang yang tahan terhadap perubahan iklim dan serangan hama. Ketahanan pangan menjadi aspek penting dalam menjaga kesehatan masyarakat karena kekurangan gizi dapat memperburuk kerentanan terhadap berbagai penyakit menular.

Dari sisi kebijakan, hasil penelitian BRIN menunjukkan perlunya integrasi strategi adaptasi perubahan iklim dalam sistem kesehatan nasional. Hal ini meliputi penguatan sistem surveilans penyakit menular, peningkatan kapasitas laboratorium, serta edukasi dan penyuluhan kesehatan yang proaktif kepada masyarakat, terutama di daerah yang rentan terkena dampak perubahan iklim. Pemerintah juga harus memperbaiki infrastruktur sanitasi dan memastikan ketersediaan air bersih untuk mencegah penyebaran penyakit melalui air. Pendekatan multisektoral yang melibatkan berbagai bidang seperti kesehatan, lingkungan, pertanian, dan teknologi informasi sangat penting untuk mengatasi dampak kompleks perubahan iklim terhadap kesehatan.

Selain itu, kesadaran masyarakat menjadi faktor kunci dalam memperkuat ketahanan komunitas terhadap ancaman kesehatan yang semakin meningkat akibat perubahan iklim. Masyarakat perlu memahami risiko dan menerapkan langkah-langkah pencegahan, seperti menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan kelambu, dan mengikuti program vaksinasi yang dianjurkan.

Singkatnya, perubahan iklim memperparah penyebaran penyakit menular di Indonesia melalui berbagai mekanisme lingkungan yang saling terkait. Penelitian dan inovasi yang dilakukan BRIN memberikan gambaran dan solusi penting untuk mitigasi dampak ini. Namun, keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah, peneliti, dan masyarakat luas untuk membangun sistem kesehatan yang adaptif dan responsif. Dengan demikian, perubahan iklim bukan hanya isu lingkungan semata, tetapi juga persoalan kesehatan publik yang harus menjadi prioritas utama guna memastikan keberlanjutan kualitas hidup masyarakat Indonesia di masa mendatang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun