Mohon tunggu...
Adrian ALFarisi
Adrian ALFarisi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Second Year Geography Student at University of Indonesia

Daripada berani mati, lebih baik berani hidup. Ayo buat banyak hidup orang lain!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Masifnya Eksploitasi Air Tanah: Ancaman Jakarta Tenggelam Semakin Nyata

31 Desember 2022   21:28 Diperbarui: 31 Desember 2022   21:54 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ancaman Jakarta Tenggelam 2050

Isu tenggelamnya ibukota Jakarta merupakan sebuah persoalan hangat yang semakin hari terasa semakin nyata. Berbagai fenomena seperti lebih tingginya permukaan air laut di beberapa titik wilayah pesisir Jakarta, menjadi sebuah fakta yang tak bisa terelakan (CNBC Indonesia,2022). Bahkan, pada Juli 2021 kemarin, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dalam pidatonya di Pusat Kontra-Terorisme Amerika Serikat, memproyeksikan bahwa dalam sepuluh tahun mendatang kota Jakarta akan tenggelam. 

Pada pidato tersebut, Biden menyorot tentang fenomena krisis iklim yang dapat menjadi sebuah ancaman besar bagi Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Ia mengatakan bahwa dengan kenaikan muka air laut sebesar 7,6 cm saja, akan dapat membuat jutaan orang harus bermigrasi ke tempat yang lebih subur (CNN Indonesia,2021).

Nyatanya, Biden bukanlah satu-satunya orang yang meramalkan bencana Jakarta Tenggelam sebagai suatu bencana yang harus ditanggapi secara serius. Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebenarnya sudah sejak lama angkat suara mengenai kemungkinan tenggelamnya Jakarta. 

LIPI memproyeksikan bahwa permukaan laut pada 2050 dan 20100 akan naik sekitar 25 cm hingga 50 cm (CNN Indonesia,2021). Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian LIPI pada tahun 2000-2005, Kota Jakarta mengalami penurunan sekitar 15 cm setiap tahunnya. Kedua fenomena ini kemudian menjadi sebuah kombinasi nyata yang dapat mewujudkan bencana tenggelamnya Jakarta pada tahun 2050 jika tidak ada upaya pencegahan yang dilakukan (CNN Indonesia,2019).

Menilik “Biang Kerok” Turunnya Permukaan Tanah Jakarta

Tenggelamnya Jakarta bukanlah sebuah ancaman bencana sederhana yang hanya disebabkan oleh satu atau dua faktor penyebab saja. Pada dasarnya, terdapat tiga faktor utama yang menjadi penyebab ancaman ini kian hari kian terasa nyata. Ketiga faktor tersebut adalah penurunan permukaan tanah, kondisi geografis Jakarta yang berada di dataran rendah, serta kenaikan permukaan air laut akibat krisis iklim dan pemanasan global. Namun, diantara ketiga faktor tersebut, penurunan permukaan tanah merupakan faktor paling dominan terjadi di Jakarta sekaligus memegang peranan yang cukup besar bagi terciptanya ancaman Jakarta tenggelam (CNN Indonesia,2022).

Kondisi penurunan permukaan tanah yang terjadi di wilayah Jakarta kini telah memasuki level yang mengkhawatirkan. Tim Indonesian Network For Disaster Information (INDI) 4.0 BPPT melakukan analisis Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) berdasarkan data satelit Sentinel 1A untuk melihat laju penurunan permukaan tanah di wilayah Jakarta. 

Hasilnya, terlihat bahwa laju maksimum penurunan permukaan tanah wilayah Jakarta mencapai angka 6 cm per tahunnya. Dalam penelitian lain, disebutkan bahwa penurunan permukaan tanah di Jakarta terjadi secara bervariasi. Beberapa wilayah mengalami penurunan mulai dari 1-15 cm per tahunnya, sementara beberapa wilayah lain dapat mengalami penurunan permukaan tanah hingga sebesar 20-28 cm per tahunnya (Suryandari,2021).

Realita penurunan permukaan tanah sendiri merupakan salah satu fenomena yang paling mungkin dirasakan oleh kota-kota metropolitan. Hal ini tidak terlepas dari aktivitas manusia yang biasanya menjadi faktor utama turunnya permukaan tanah suatu wilayah. Dalam kasus Kota Jakarta sendiri, eksploitasi air tanah secara berlebihan merupakan faktor paling bertanggung jawab dalam membuat Jakarta tenggelam. Eksploitasi air tanah secara berlebihan sendiri akan selalu berakibat pada penurunan permukaan tanah. 

Hal ini disebabkan karena hilangnya air dalam pori akuifer pada semua jenis formasi batuan akan berakibat pada penurunan permukaan tanah. Tingginya tingkat eksploitasi air tanah di Jakarta sendiri dapat tergambar melalui data bahwa hingga Maret 2022, sebanyak 32% masyarakat DKI Jakarta masih melakukan eksploitasi air tanah untuk dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Hal ini berarti bahwa terdapat 11.000 liter/detik air yang diambil dari tanah di wilayah Jakarta (Ihsanuddin,2022).

Pemerintah DKI Jakarta tampaknya memang tidak bisa menutup mata terkait kebutuhan air yang sangat tinggi dari masyarakatnya. Berdasarkan data Jumlah Pelanggan Perusahaan Air Minum (PAM) Provinsi Jakarta tahun 2013-2019 saja, pelanggan air bersih di Jakarta terus menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya. Ditambah lagi, pelayanan air bersih perpipaan sendiri baru dapat mengakomodasi 68% dari total keseluruhan warga Jakarta (Ihsanuddin,2022).

Rentetan Solusi Untuk Cegah Jakarta Tenggelam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun