Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Raja-raja Mataram Kuna Berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III dan Prasasti Mantyasih

7 Desember 2020   15:57 Diperbarui: 29 April 2021   09:46 1865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasasti Wanua Tengah III | dictio.id

Prasasti Wanua Tengah III adalah sebuah prasasti yang terdiri atas dua lempeng tembaga yang ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa Kuna dengan sisipan bahasa Sanskerta. Prasasti ini dibuat atas perintah raja Balitung pada tahun 808 M.

Isi pokok dari prasasti Wanua Tengah III adalah tentang keputusan raja Balitung yang menetapkan sebidang sawah di Wanua Tengah sebagai sima bihara di Pikatan. Sebagai latar belakang penetapan sima ini diuraikanlah terlebih dahulu riwayat sawah tersebut sejak pertama kali ditetapkan sebagai sebuah sima oleh raja Panangkaran hingga sampai kepada masa pemerintahan raja Balitung. Riwayat secara ringkasnya adalah sebagai berikut:

Ada seorang yang bernama Yang Mulya Mendiang di Hara adik dari Yang Mulya Mendiang di Medang yang mendirikan bihara di Pikatan. Rake Panangkaran naik tahta tanggal 27 November 746 M memberikan sebidang sawah milik kerajaan di Wanua Tengah sebagai sima bihara Pikatan beserta bibit padinya. Saat Rake Panaraban naik tahta menjadi raja tanggal 1 April  784 M, status sima sawah Wanua Tengah ini tetap dan tidak berubah.

Pada saat Rake Warak Dyah Wanara naik tahta tanggal 28 Maret 803 M, raja ini mencabut status sima sawah di Wanua Tengah sehingga tidak lagi mejadi hak bihara Pikatan. Rake warak meninggal dan mendapat sebutan "sang lumah i kelasa". Pengganti Rake Warak adalah Dyah Gula yang naik tahta tanggal 5 Agustus 827 M, tetap mencabut status sima sawah Wanua Tengah.

Rake Garung anak dari  "sang lumah i tuk"  naik tahta  tanggal 24 Januari 828 M. Pada tahun 829 M, raja ini mengembalikan status sima sawah Wanua Tengah kepada bihara di Pikatan. Rake Garung meninggal dan digantikan oleh Rake Pikatan Dyah Saladu.

Rake Pikatan Dyah Saladu naik tahta tanggal 22 Febuari 847 M, raja ini mencabut status sima sawah Wanua Tengah. Saat Rake kayuwangi Dyah Lokapala naik tahta tanggal 27 Mei 855 M menggantikan Rake Pikatan yang meninggal, raja ini tetap mencabut status sima sawah Wanua Tengah.

Dyah Tagwas yang naik tahta tanggal 5 Febuari 885 M menggantikan Rake Kayuwangi yang meninggal, raja ini tetap mencabut status sima sawah Wanua Tengah. Raja ini terguling dari tahtanya.

Rake Panumwangan Dyah Dewendra naik tahta tanggal 27 September 885 M, dan tidak merubah status sawah. Raja ini terguling dari tahtanya.

Rake Gurunwangi Dyah Badra naik tahta tanggal 27 Januari 887 M,  dan "minggat" dari istana tanggal 24 Febuari 887 M, yang mengakibatkan terjadinya kekosongan tahta.

Rake Wungkalhumalang Dyah Jbang naik tahta tanggal 27 November 894 M, tidak merubah status sawah. Raja ini meninggal dan digantikan Rake Watukura Dyah Balitung yang naik tahta tanggal 23 Mei 898 M.

Di masa raja Balitung ini yang menjadi mahamentrinya adalah Rakryan i Hino Sri Daksottama. Bersama-sama mahamentrinya ini raja Balitung memberikan status sawah Wanua sebagai sima bagi bihara di Pikatan.

Dalam prasasti Wanua Tengah III ini kemudian diakhiri dengan tulisan yang menyebut nama pejabat yang terlibat dalam upacara penetapan sima beserta besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak bihara dan ditutup dengan kutukan bagi siapa saja yang berani merubah keputusan yang sudah menjadi ketetapan ini.

Hal yang menarik dari prasasti Wanua Tengah III ini adalah adanya perbedaan dengan daftar raja-raja Medang Mataram Kuna yang terdapat dalam prasasti Mantyasih  yang juga diterbitkan atas perintah raja Balitung pada tahun 807 M, setahun sebelum prasasti Wanua Tengah III diterbitkan.

Prasasti Wanua Tengah III | dictio.id
Prasasti Wanua Tengah III | dictio.id
Daftar raja-raja Mataram Kuna berdasar prasasti Mantyasih 907 M adalah sebagai berikut:
  • Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya,
  • Sri Maharaja Rakai Panangkaran,
  • Sri Maharaja Rakai Panunggalan,
  • Sri Maharaja Rakai Warak,
  • Sri Maharaja Rakai Garung,
  • Sri Maharaja Rakai Pikatan,
  • Sri Maharaja Rakai Kayuwangi,
  • Sri Maharaja Rakai Watuhumalang,
  • Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Dharmmodaya Mahasambhu.

Adanya perbedaan daftar nama raja-raja  Mataram Kuna antara prasasti Mantyasih 907 M dan prasasti Wanua Tengah III 908 M, disebabkan karena adanya perbedaan latar belakang alasan diterbitkannya kedua prasasti ini.

Prasasti Mantyasih diterbitkan oleh raja Balitung dengan tujuan untuk melegitimasi dirinya sebagai pewaris tahta yang sah, sebagai raja yang berdaulat penuh atas seluruh wilayah kerajaan, sehingga nama-nama raja yang dicantumkan di prasasti ini hanyalah mereka yang berkuasa dan berdaulat penuh atas seluruh wilayah kerajaan.

Nama-nama raja seperti dyah Gula, Dyah Tagwas, Dyah Dewendra dan Dyah Badra tidak disebutkan karena mereka tidak pernah berdaulat penuh atas wilayah kerajaan yang hal tersebut ditandai dengan singkatnya masa pemerintahannya atau digulingkan dari tahtanya.

Prasasti Wanua Tengah III 908 M dikeluarkan terkait dengan perubahan-perubahan status sawah kerajaan di Wanua Tengah sehingga semua raja yang bersangkut-paut dengan perubahan status sawah tersebut disebutkan tanpa terkecuali.

Soal Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya tak termasuk dalam prasasti Wanua Tengah III, hal ini disebabkan riwayat status sawah Wanua Tengah bermula pada masa pemerintahan raja sesudahnya yaitu Sri Maharaja Rakai Panangkaran.

Sumber: Kusen 1994, hal 93.
Sumber: Kusen 1994, hal 93.
Sumber bacaan:
  • Kusen, 1988. Prasasti Wanua Tengah III 830 Saka: Studi Tentang Latar Belakang Perubahan Status Sawah di Wanua Tengah Sejak Rake Panangkaran Sampai Rake Watukura Dyah Balitung, Makalah dalam Kegiatan Ilmiah Arkeologi IAAI Komisariat DIY-Jawa Tengah di Yogyakarta.
  • Kusen, 1994. Raja-Raja Mataram Kuna Dari Sanjaya Sampai Balitung Sebuah Rekonstruksi Berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III, Berkala Arkeologi, Edisi Khusus-1994.
  • Prasasti Mantyasih, Wikipedia.
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/prasasti-wanua-tenah-iii-830-s-908-m/

Podjok Pawon, Desember 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun