Jika mengikuti Serat Tripama karya Sri Mangkunegoro IV, seorang pecinta wayang yang ditanya tentang siapa tokoh pewayangan yang dapat dijadikan teladan dalam sikap bela negara, tentu akan memilih salah satu dari ketiga sosok tokoh wayang yaitu Kumbakarna, Adipati Karna, atau Patih Suwanda (Sumantri).
Seorang pecinta wayang yang memilih Kumbakarna sebagai tokoh yang patut diteladani dalam sikap bela Negara tentunya memiliki alasan karena sikap Kumbakarna yang berdasar pada prinsip “ Right or Wrong is My Country ” Baik atau buruk ini adalah negaraku, dan tidak peduli siapa yang menjadi raja atau penguasanya. Padahal di Alengka yang menjadi raja adalah Rahwana, kakaknya sendiri, dan dikenal sebagai raja yang angkara murka dan jahat.
Kumbakarna maju berperang melawan Rama yang didukung balatentara monyet Kiskenda, bukan untuk membela kakaknya, tetapi karena tidak mau negaranya hancur diserang musuh. Sikap yang diambil ini berseberangan dengan sikap adiknya yang bernama Wibisana, yang memilih bergabung dengan Rama yang selanjutnya memusuhi negaranya sendiri juga melawan Rahwana yang masih merupakan saudaranya sendiri, demi tegaknya kebenaran di muka bumi.
Bagi pecinta wayang yang memilih Adipati Karna (Basukarna) tentunya dilandasi karena sikap dari Karna ini sebagai satria yang tegas dan teguh pendiriannya, tak tergoda oleh apapun dalam sikapnya yang memilih untuk tetap membela Kurawa (Hastina) yang akan berperang melawan Pandawa di Kurusetra. Meski sebelum perang terjadi Karna sudah mengetahui bahwa Pandawa ( Yudistira, Bima, Harjuna) adalah saudaranya seibu dengan dirinya, sedangkan Nakula dan Sadewa adalah saudara tirinya.
Karna tetap teguh dengan pendiriannya, karena Karna tidak dapat melupakan bahwa apa yang sudah didapatkannya, sebagai adipati Awangga, adalah karena kebaikan Duryudana. Derajad pangkatnya sebagai anak kusir yang kemudian menjadi adipati merupakan pemberian Duryudana sehingga Karna memilih untuk tetap setia dengan orang telah menaikan harga diri dan status sosialnya. Karna juga tahu dan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi tetap memilih bergabung dengan Duryudana (Kurawa), namun sekali lagi karena Karna bukan type seorang manusia yang lupa akan asal usulnya.
Bagi pecinta wayang yang mengidolakan Patih Suwanda ( Sumantri), lebih berdasarkan pada sikap gagah sumantri yang tak mengenal takut. Sebagai seorang satria, patih Suwanda dikenal ganteng, pintar, sakti dan pemberani sampai akhir hayatnya. Kegagahannya itu ditunjukkan saat Maespati diserang Rahwana, Patih Suwanda alias Sumantri ini maju bertempur tanpa kenal takut. Dengan senjata Cakra Bagaskara, Rahwana dihadapinya tanpa gentar, meski akhirnya Sumantri harus menemui ajal, lehernya putus digigit Rahwana dengan taringnya.
Bagaiamana dengan pembaca Kompasiana yang senang dengan pewayangan, siapakah yang akan anda pilih menjadi teladan dalam sikap bela negara?
** Gimana sih sekarang caranya memasukkan gambar poto....aku gak ngerti, tolong yg ngerti kasih tau ya, trims**
podjok pawon. September 2015
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI