Mohon tunggu...
Angel Sang Pemenang
Angel Sang Pemenang Mohon Tunggu... -

demokrasi telah mati

Selanjutnya

Tutup

Financial

Akrobat Infrastruktur Jokowi Berimbas Rontoknya Rupiah

15 Agustus 2018   20:52 Diperbarui: 15 Agustus 2018   20:53 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Membangun infrastruktur itu ibaratnya membangun rumah bagi sebuah keluarga. Jika rumah anda bagus maka akan banyak orang percaya berbisnis dengan anda. Demikian juga infrastrukutur bagi negara. Tetapi infrastruktur itu bukan segalanya. Infrastruktur hanya salah satu penunjang. Yang paling penting adalah neraca pembayaran.

Ibarat pabrik, infrastruktur adalah mesin mesin produksi, tetapi mesin produksi tersebut tidak akan optimal jika cashflow terganggu. Bagaimana mesin produksi beroperasi jika tidak ada bahan baku dan uang operasionalnya? Cashflow bagi negara adalah neraca pembayaran. Tidak ada gunanya ada jalan tol, atau bahkan bendungan jika negara mengalami defisit yang sangat besar dan beban hutang yang sangat besar. 

Ekonomi tidak berjalan secara normal, daya beli rontok, buat apa jalan toll? Ya pasti sepi kan? Dan dampak langsung BEP nya akan makin lama, bahkan feasibilitasnya secara financial sudah sangat buruk. Bahkan bendungan pun (bila sudah ada, sayang nya soal bendungan sejauh ini cuma wacana) tidak akan serta merta meningkatkan ekonomi petani. Karena pengairan hanya bagian kecil dari permasalahan petani yang disebabkan memburuknya ekonomi nasional.

Jika kita kilas balik, sebenarnya Jokowi ini sama sekali tidak punya pengalaman keberhasilan mengelola anggaran pemerintahan. Masih ingat dulu waktu di Solo, lampu penerangan jalan terpaksa dimatikan PLN karena nunggak pembayaran. 

Begitu juga saat di DKI, sisa anggaran sangat besar bukan karena efisiensi tetapi, proyek proyek DKI banyak yang tidak bisa jalan. Saat itu kita banyak yang mengamini ketika Jokowi menyalahkan pusat karena serapan anggaran yang rendah. Walaupun jika dibandingkan gubernur gubernur sebelumnya, memang kinerjanya jelek dan banyak lempar batu sembunyi tangan.

Ketika infrastruktur di kebut kita lupa, toll laut yang lebih dulu di kerjakan pun gagal total mengatasi disparitas harga Jawa dan luar Jawa. Kemudian bangun pos perbatasan yang mewah dan terakhir bangun jalan toll trans Jawa yang legendaris karena sangat sepi kendaraan angkutan barang banyak yang takut lewat karena tarifnya yang ga masuk akal.

Sebenarnya sudah banyak yang mengingatkan. menggunakan uang dan anggaran itu harus bijak, tidak bisa asal belanja belanja belanja, utang sana sini, jika akhirnya justru seperti rumah tangga yang terjerat rentenir. Sikap sok tahu dan mencurigai kritik sebagai iri hati mengakibatkan saat ini rakyat Indonesia yang harus menanggungnya.

Ditengah situasi Rupiah yang terus anjlok, tentu tidak bijak berbohong, "rupiah melemah justru menguntungkan". Frase tersebut jelas2 bohong dan membodohi. Faktanya Bank Indonesia harus kehilangan banyak devisa untuk menahan kejatuhan rupiah lebih dalam. 

Bagaimana mungkin kehilangan cadangan devisa dalam jumlah besar untuk menahan laju penurunan rupiah dianggap menguntungkan? Ga heran jika ada yang mengatakan ini rezim penipu, karena untuk hal yang jelas "salah benar nya" pun masih dibengkok bengkokkan dan tidak pernah merasa bersalah.

Jangan pula ngegombal memang pemerintah mensetting rupiah aman di 16 ribu per dollar Amerika, karena jika sebelum pilpress rupiah menyentuh 16 ribu, sudah hampir pasti ekonomi nasional mandeg dan terjadi kekacauan luar biasa di bursa saham dan sektor riil. 

Ya kekacauan yang akan menciptakan #GantiPresidenLebihCepat, padahal kita maunya #2019GantiPresiden. Karena dalam hal ini lebih cepat bukan lebih baik, mengingat ongkos ekonomi dan politiknya terlalu mahal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun