[caption id="attachment_203103" align="aligncenter" width="500" caption="kompas.com"] [/caption]Penembakan terhadap polisi kembali terjadi di Solo, Jawa Tengah, Kamis (30/8/2012) malam. Seorang polisi tewas karena ditembak dari jarak dekat oleh seorang tak dikenal di Pos Polisi Singosaren, Jalan Rajiman Serengan, Solo.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anang Iskandar saat dihubungi, Kamis malam, mengatakan bahwa peristiwa berdarah itu terjadi sekitar pukul 21.00. Korban bernama Bripka Dwi Data Subekti (sebelumnya disebutkan Aipda Widata) tewas seketika akibat tertembak di dada sebanyak empat kali. Â "Ya, telah terjadi penembakan di Pos Polisi Matahari Singosaren jam 21.00, ditembak jarak dekat. Korban Briptu Data, anggota Polsek Serengan dengan luka empat tembakan di dada," kata Anang di Jakarta.
Anang mengatakan, pelaku terdiri dari dua orang yang menggunakan sepeda motor Suzuki Smash (sebelumnya ditulis Honda Supra). Pelat nomor kendaraan pelaku pun tercatat AD 2434 HB/BH. Pelaku berhasil melarikan diri dengan cepat menggunakan sepeda motor itu. "Pelaku penembakan lari, ditunggu temannya menggunakan sepeda motor. Dikejar massa lari, terus menembak lagi," ujar Anang.
Pada saat kejadian, ada beberapa anggota polisi lain yang sedang berjaga dan patroli di luar pos polisi. Korban langsung dilarikan ke rumah sakit dan saat ini telah dipindahkan ke Rumah Sakit Dr Moewardi Solo untuk menjalani otopsi.
Aksi penembakan ke arah pos polisi ini menambah panjang daftar penyerangan terhadap polisi di kota tersebut. Sebelumnya, aksi serupa juga terjadi di dua Pos Pengamanan (Pospam) Lebaran di Solo. Penembakan dan pelemparan granat oleh orang tak dikenal dilakukan secara berturut-turut. Pertama di Pospam Simpang Gemblengan, Jumat (17/8/2012). Kemudian, kembali terulang pada di Bundaran Gladak, Jalan Jenderal Sudirman, Sabtu (18/8/2012). Pada kejadian tersebut, dua polisi terluka, [SUMBER].
Pesan apa yang ingin mereka sampaikan!?
Satu kali lagi ada kekerasan bersenjata di Solo; entah apa motif mereka (mereka yang melakukan teror tersebut) yang sebenarnya. Dari teror-teror sebelumnya, sampai kini, seperti biasanya, publik tak pernah mendapat info, aparat keamanan tidak atau belum menyampaikan motif utama - pelaku - aktor intelektual di balik semuanya itu.
Juga seperti biasanya, ketika publik mulai lupa dan kemudian melupakan, maka kasusnya pun terpendam. Itu adalah lagu wajib (yang sering terjadi) penanganan kasus dan melupakan kasus serta mendiamkan masalah - dan lain - lain. Akhirnya, publik hanya berkira-kira - berandai-andai - berraba-raba, dan memaknai serta membaca sikon itu dengan cara serta pemahaman sendiri. Akibatnya lagi, publik menjadi apatis terhadap banyak masalah hukum dan peradilan di Nusantara; sekaligus malas melakukan upaya hukum di negeri ini.
Lalu, pesan yang ingin disampaikan oleh/dalam Teror Peluru di Solo!? Mungkin saja pesan tersebut adalah
Dari barisan sakit hati, sakit hati karena Polisi di Solo telah menangkap satu atau lebih dari antara (lingkaran - kelompok - golongan - gang - dan lain-lain) mereka;  mereka  menjadi sakit hati, sehingga memberi pesan berdarah. Siapa mereka, silahkan anda telusur.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!