Mohon tunggu...
OPA JAPPY
OPA JAPPY Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Acount Baru http://www.kompasiana.com/opajappy

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bukti Intoleransi di NTT

17 April 2013   17:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:02 2090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suryadharma Ali di Harian Jakarta Post, menyatakan bahwa, "Christians Bring Discrimination on Themselves"

“… mereka telah mempolitisasi masalh administratif pembangungan Gedung Gereja. … Orang Kristen bukan satu-satunya yang memiliki masalah mendapatkan izin untuk membangun tempat ibadah, tetapi mereka mendapat perhatian karena mereka bicara kepada media atau pers.

Umat Islam di beberapa daerah seperti di Bali, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur, juga kesulitan mendapatkan izin untuk membangun masjid; tapi mereka tidak bicara kepada pers.Mereka juga tidak memprotes atau melakukan doa di depan Istana Presiden.

Pernyataan Sang Menteri tersebut, walau sekian minggu yang lalu, tentu saja membuat banyak orang sangat terganggu; dan menyesali hal itu. Atau bisa saja merusak hubungan antar umat beragama. Pernyataan Sang Menteri, yang cenderung menuduh seperti itu; secara langsung menunjukjan bahwa orang NTT (juga Sulut) adalah kaum-kaum yang intoleran di daerahnya.

Pernyataan Sang Menteri seperti itu, akhirnya mendapat apresiasi sangat negatif (dari publik) terhadap dirinya. Menurut komentar publik dari NTT dan Sulut pada Jejaring Sosial, "... Menteri Agama sama sekali buta terhadap sikon TOLERANSI umat beragama di NTT dan SULUT." [caption id="attachment_248387" align="aligncenter" width="445" caption="Gubernur NTT Frans Lebu Raya berdialog dengan rombongan Komisi VIII DPR RI di Kupang, NTT/foto Yos Kelen "]

13661920681308567713
13661920681308567713
[/caption]
1364962767957906818
1364962767957906818
Apa yang diungkapkan oleh Sang Menteri Agama tersebut, berbanding terbalik dengan temuan yang didapat oleh Komisi VIII DPR RI, ketika mengunjungi dan melakukan dialog dengan warga dan juga Gubernur NTT. NTT mempunyai prosentasi umat beragama yang ada di NTT antata lain Katolik (55,85%), agama Protestan (34,29%), agama Islam (9,64 %), agama Hindu (0,21 %) dan agama Budha (0,01 %); akan tetapi tak ada hal-hal yang radikal, dan bersifat penghambatan terhadap minoritas, seperti yang diungkapkan oleh Suryadharma Ali.

Ketiadaan itu, sekali lagi terbukti ketila ada dialog yang dilakukan pada 15 April 2013 tersebut, semakin mempertegas tidak adanya Intoleransi di NTT, termasuk soal pembangunan rumah ibadah. Menurut Komisi VIII DPR RI, yang diwakili oleh anggota Fraksi partai Demokrat,  H. Mahrus Munir,

" ...   Walau mayoritas penduduk NTT adalah Kristen, tidak ada tirani terhadap minoritas. Bahkan sampai saat ini, ketika daerah-daerah lain saling sandera soal keberagamaan, tidak ada satu pun tempat ibadah/masjid yang dibakar massa di NTT. Saya acungkan jempol untuk pemerintah dan masyarakat NTT. Di sini mayoritas agama Kristen, tapi tidak ada tirani. Tirani tidak ada di NTT. Saya puji NTT.

Pemerintah Kabupaten yang ada di Provinsi NTT, yang telah menyediakan dana dari APBD untuk membantu calon jemaah haji yang ingin melaksanakan ibadah haji  ke tanah suci. Ini bagian dari kerukunan hidup antar umat beragama yang ada di NKRI”

Dalam kaitan yang sama, Komisi Komisi VIII DPR RI, selain dari publik NTT, juga mendapat masukan dari Gubernur NTT,  Frans Lebu Raya. Menurut Gubernur NTT,

”Di NTT tidak ada yang bakar Masjid. Berulangkali saya sampaikan, mayoritas itu berguna manakala dia mampu melindungi minoritas. Di NTT kami betul menjaga kerukunan dan kedamaian. NTT hanya bisa dibangun dalam kebersamaan.

Kerukunan kehidupan beragama di NTT ditunjukan dengan berbagai macam bentuk dan rupa. Sebagai mayoritas beragama Kristen, masyarakat NTT memberikan kebebasan kepada pengikut agama lain untuk mendirikan rumah ibadah.

Di Ruteng, Kabupaten Manggarai, misalnya, sebuah masjid raya dibangun di pusat kota. Demikian juga di kota-kota kabupaten lainnya di NTT. Sementara masjid-masjid kecil berdiri bebas di mana ada komunitas Muslim.  Karena masyarakat NTT sangat rasional dan rukun soal keberagamaan. Bahkan banyak misionaris, rohaniawan membantu membangun masjid untuk kaum Muslim,”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun