Mohon tunggu...
Bang Japar
Bang Japar Mohon Tunggu... -

Pencinta Keluarga, Ilmu dan Kebaikan, seneng berpetualang, guyon, fitness, Brazilian Jiu Jitsu, tarung bebas, musik metal dan dangdut, pernah jadi Dosen, sekarang lagi nyobain jadi Business Development Manager, cita-cita jadi Pengusaha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sini Neng, Sono Bu!

29 November 2013   17:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:31 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Anda tinggal di Jabodetabek? Anda pengguna aktif commuterline Bogor-Jakarta? kalau jawabannya ya, mestinya tahu judul di atas merupakan salah satu candaan khas kawan-kawan ex ekonomi yang saat ini sudah bergabung dan menguasai setiap gerbong commuterline Bogor-Jakarta, betul kan?

Kali ini saya tidak akan bahas tentang commuterline yang penuh sesak itu atau "arogan" nya oknum penumpang, tapi tentang celetukan yang relatif sering saya dengar, "Sini Neng, Sono Bu!". Tafsiran nya sederhana, kawan kita ini becanda bahwa sepenuh sesak apapun commuterline kalau untuk gadis cantik tersedia tempat dan "perlindungan", tapi untuk ibu-ibu sorry to say, jangan ngarep ya! padahal jelas semua dari kita tahu bahwa lebih berhak Ibu-ibu mendapatkan tempat dan "perlindungan" di tengah sesak itu dibanding gadis yang sehat bugar, betulkan?

Menurut hemat saya candaan itu merupakan potret kehidupan kita, bahkan itulah potret gaya beragama mayoritas bangsa kita ini.

Seorang ulama senior dan kharismatik  Syaikh Prof DR Yusuf Qardawy pernah menulis sebuah buku Fiqh Prioritas judulnya, sepertinya buku ini tepat dengan candaan kawan-kawan ini, poin penting dari buku ini adalah umat Islam saat ini terjebak egoisme dalam beribadah.

Berangkat haji berulangkali kalau bisa setiap tahun, padahal tetangga kanan kirinya tidak bisa tidur karena lapar, mengahabiskan belasan bahkan puluhan juta untuk berangkat umroh, padahal ribuan anak Indonesia tidak bisa lanjut sekolah sebagian terpaksa menjadi pekerja anak dan sebagian lagi menggelandang tak tentu arah.

Kaum kaya dan pengusaha sibuk membuat Masjid Megah dengan kubah dari emas, padahal tidak sampai 10 km dari Masjid tersebut berdiri puluhan rumah dengan atap yang pasti bocor ketika hujan tiba. Kaum cerdik kita sibuk berdebat penting tidaknya pluralisme, padahal jutaan umat yang sampai saat ini buta huruf Al-Qur'an.

Salam Persaudaraan, Kang Japar @MJaparSidik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun