Mohon tunggu...
Janu Kuki
Janu Kuki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ketua RT Tandingan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

SOLUSI ALTERNATIF ANTISIPASI KEBAKARAN HUTAN

13 November 2015   10:49 Diperbarui: 13 November 2015   11:56 2147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kejadian kebakaran pada umumnya, secara teoritis kebakaran hutan terjadi karena ada interaksi antara keberadaan bahan bakar (kayu pepohonan, perdu, daun,..), oksigen dan panas (api  yang dihasilkan dari adanya petir dan gesekan daun kering adan api karena ulah manusia; membakar pohon, api unggun, puntung rokok menyala) pada kondisi tertentu. Bila ketiga unsur tersebut ada secara bersamaan dan telah mencapai kondisi tertentu, misalnya kondisi membakar hutan untuk membuka lahan, maka kebakaran akan terjadi. Oleh karena itu prinsip untuk menanggulangi kebakaran hutan adalah dengan memutus salah satu unsur tersebut.

Artinya apabila mencegah kebakaran hutan harus dengan memutus salah satu dari ketiga unsur maka tidak mengkin memutus oksigen yang jelas-jelas dihasilkan alam, memutus panas (api) juga tidak mungkin, karena tidak semua api yang membakar lahan adalah karena manusia, dalam hal menghasilkan api, alam juga berperan secara alamiah. Di Indonesia sendiri peristiwa alam yang menyebabkan kebakaran hutan, misalnya karena petir/ gesekan daun kering hanya sebanyak 1% dari seluruh kasus kebakaran hutan, hal ini karena kondisi Indonesia yang berada pada area tropis yang hutannya lembab. Jadi yang paling memungkinkan adalah dengan memutus bahan bakarnya yaitu kayu pepohonan, perdu dan daun yang ada di hutan.

Selama ini pembakaran hutan yang dilakukan untuk membuka perkebunan adalah cara yang cepat dan murah. Jangankan petani perorangan, perusahaan perkebunan pun kerap melakukan hal yang sama. Maka dari itu untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan harus ada perubahan filosofi cara pandang dan pola pikir pada masyarakat. Harus ada pendekatan ekonomi. Kayu pohon, belukar, perdu, ilalang dan daun yang mudah terbakar tidak lagi dibakar tetapi diolah menjadi bahan industri sehingga memiliki nilai ekonomi.

Kayu pohon, belukar, perdu, ilalang dan daun liar di hutan pernah diteliti memiliki kandungan cellulosa. Cellulosa merupakan karbohidrat utama yang disintesis oleh tanaman dan menempati hampir 60% komponen penyusun struktur tumbuhan kayu. Dalam dunia industri cellulosa dapat digunakan sebagai bahan baku kertas, tekstil (serat, rayon) dan industri bahan penyerap. Cellulosa bahkan dapat digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan propelan atau bahan peledak.

Sebagai upaya pencegahan ‘membakar hutan’ untuk membuka perkebunan, Pemerintah perlu melakukan pendekatan ekonomi dengan memberikan nilai ekonomi terhadap kayu pohon, belukar, perdu, ilalang dan daun yang mengandung cellulosa tersebut. Caranya adalah dengan membeli kayu pohon, belukar, perdu, ilalang dan daun untuk dimanfaatkan sebgai bahan baku industri berbasis cellulosa. Untuk terlaksananya kegiatan ini, Pemerintah juga membantu para pembuka lahan tersebut dengan ketersediaan perlengkapan (alat potong) dan segala ekuipmen untuk pengemasan (packing) dalam bentuk kubus padat. Selain itu Pemerintah juga membangun industri-industri yang menggunakan bahan baku cellulosa yang tidak jauh dari hutan. Untuk terlaksananya pemikiran ini perlu ada Political Will dari Pemerintah dengan mendanai kegiatan ini dari APBN/ APBD. Berapapun biaya dan upaya yangg dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan pasti feasible dibandingkan biaya financial dan kerugian lainnya akibat kebakaran.

Secara ringkas konsep atau pemikiran mengenai kebakaran hutan dan penanggulangan asap ini adalah sebagai berikut :

  1. Oleh Pemerintah/ Presiden harus dicanangkan 'Political Will' pemerintah bahwa ke depan dalam mengatasi asap harus dilakukan melalui budaya mencegah kebakaran ketimbang mengatasi kebakaran
  2. Upaya pencegahan kebakaran seluruhnya dilakukan melalui pendekatan ekonomi.
  3. Frame work pendekatan ekonomi harus dibuat dengan melibarkan semua stake holder yang terkait dengan upaya ini yaitu Kehutanan, Pertanian dan Perindustrian sebagai major stake holder, serta petani; pemda dan swasta sebagai supporting stake holder.
  4. Adapun prinsip pendekatan ekonomi adalah dengan membeli material yang selama ini dibakar atau terbakar oleh petani/penggarap dan atau oleh perkebunan besar  dan perkebunan rakyat, untuk dijadikan bahan dasar industri cellulosa.
  5. Kepada petani/penggarap diberikan bantuan hibah berupa alat dan perlengkapan yg memungkin mereka memotong tanaman perdu, belukar, rumput ilalang dan material lainnya yang selalu terbakar dalam musim kemarau dan peralatan untuk pengepakan/pemadatan tersebut dalam bentuk kubus ( spt Hay, di negara lain ) sehingga mudah menyimpan dan mengangkutnya.
  6. Segera dilakukan konsolidasi para stake holder seperti sektor perindustrian untuk mengkaji dan menyiapkan industri pengolahan bahan yang sudah berbentuk kubus itu. Keterlibatan pemda dan pihak swasta dalam konsolidasi ini sangat diperlukan. Pertanian dan Kehutanan menyiapkan program-program sosialisai kepada para petani/penggarap perkebunan rakyat/ perkebunan besar dan masyarakat sekitar tentang konsep pencegahan kebakaran melalui upaya membeli dan mengola bahan yang mudah terbakar. Program sosialisasi ini harus dilakukan secara masif, sustain dan berskala nasional sehingga seluruh komponen bangsa menyadari bahwa mencegah kebakaran hutan ini merupakan kewajiban kita bersama.
  7. Agar dalam penerapannya tidak terjadi kesalahan disarankan dilakukan uji coba pelaksanannya melalui pilot project di satu propinsi.

Masalah asap yang berkepanjangan ini yang telah membuat jutaan orang menderita sudah sampai pada titik kulminasi sehingga jika kita tidak berani mengambil kebijakan-kebijakan baru dan berfikir ‘out of the box’, tetapi tetap bertumpu pada budaya memadamkan kebakaran sangat dikhawatirkan masyarakat akan kehilangan kepercayaan pada pemerintah atau bahkan hal-hal lain yang lebih buruk.                                    

Para orang tua kita memberikan pesan kepada kita melalui  sebuah pantun yang cukup terkenal berbunyi sebagai berikut : "SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN" Dalam hubungan ini adalah sangat bijak jika kita bertumpu kepada nasihat itu dengan melakukan upaya mencegah kebakaran sebelum kebakaran itu datang.

Akhirnya ulasan ini ditutup dengan harapan pemerintah dapat segera mengambil langkah strategis untuk dapat mewujudkannya secara ASAP,,, As Soon As Possible. Semoga.
------------------------------------------------------------------------------------------------------

Memang saat ini Indonesia mulai memasuki musim hujan, titik-titik api di area terbakar akan padam dan orang akan mulai mengalihkan obrolan bukan lagi soal kebakaran hutan, tapi mungkin soal banjir dan longsor. Meski demikian paling tidak selalu ada pemikiran-pemikiran anak bangsa untuk memberikan kontribusi mungkin yang berguna bagi Ibu Pertiwi, pemikiran yang tidak terbatasi oleh musim, tren dan gaya hidup kebanyakan. Solusi alternatif antisipasi kebakaran hutan ini setidaknya menjadi upaya pencegahan terjadinya 'kebakaran jenggot' banyak orang ketika kebakaran hutan terjadi lagi...

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun