Mohon tunggu...
Janice Atalie
Janice Atalie Mohon Tunggu... Freelancer - apalo

hi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisahku

19 November 2019   11:14 Diperbarui: 19 November 2019   11:23 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pelajaran Bahasa Indonesia
Tugas Cerpen
Karya Janice Atalie
Kelas XI IIS 2

Namaku Allycia. Dan aku, berasal dari keluarga yang bahagia. Keluargaku mungkin bukanlah keluarga yang kaya seperti keluarga-keluarga lainnya. Keluargaku hanyalah keluarga yang sederhana. Bagi kami, memiliki satu sama lain pun sudah lebih dari cukup. 

Cerita ini berawal dari aku yang saat itu masih belum mengerti keadaan kami. Aku yang masih kecil ingin menjadi seperti teman-teman, memiliki banyak mainan, jalan-jalan ke luar negeri, pergi ke taman wisata setiap minggu. Aku pernah seperti mereka, namun sekarang aku jarang mendapatkan semua itu. Seperti anak kecil pada umumnya, aku sering merengek untuk dibelikan mainan. Padahal, situasi saat itu kurang tepat. Ayah baru saja membuka perusahaan kecil dan ternyata tidak berjalan dengan lancar.

Hal itu membuat Ayah tertekan. Ayah sering pulang malam dengan bau yang pekat. Ayah dan Bunda selalu bertengkar dan aku mendengar Bunda mengatakan sesuatu tentang alkohol. Sejak kebangkrutan perusahaan Ayah, hubungan keluarga kami semakin renggang. Rumah kami sering di datangi kreditur karena hutang yang menumpuk. Mulai hari itu, Ayah dan Bunda jarang pulang kerumah untuk mengurusku karena mereka sibuk bekerja. Beberapa lama kemudian, kerja keras mereka membuahkan hasil. Perusahaan Ayah mulai berkembang dan dapat berjalan dengan baik. Kebutuhan kami mulai tercukupi dan akhirnya aku mendapatkan apa pun yang aku mau.

Namun, keberhasilan orang tuaku tidak memperbaiki keadaan rumah. Hubungan kami yang renggang kian memburuk. Ayah dan Bunda sering beradu mulut, bahkan sampai merusak barang-barang di rumah. Aku menjadi sangat takut pada Ayah. Tak jarang Ayah pergi dari rumah dan tidak pulang sampai esok hari. Hatiku sakit saat melihat Bunda menangis, tetapi, aku yang kecil tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya dapat menemani dan memeluk Bunda berharap agar Bunda tidak menangis lagi.

Sampai suatu saat datang seorang perempuan yang mengaku sebagai selingkuhan Ayah. Perempuan itu mengaku hamil anak Ayah dan meminta pertanggungjawaban Ayah. Bunda tidak percaya dengan mudahnya. Bunda pikir, mana tega Ayah mengkhianati Bunda, setelah semua yang Bunda lakukan untuk membantu Ayah menjalankan usahanya. Namun, perempuan itu memiliki bukti. Foto yang menjadi saksi bisu atas perselingkuhan mereka. Juga bukti-bukti tentang kehamilannya yang aku tidak mengerti saat itu. Bunda sangat kecewa dan marah pada mereka. Aku lihat Bunda menampar perempuan itu dan mengusirnya dengan suara yang memekikkan telinga.

.........

Aku tersadar. Semenjak Ayah bertemu perempuan itu, Ayah menjadi berbeda dari Ayah yang aku kenal. Ayah bukan lagi Ayah yang perhatian, Ayah menjadi dingin terhadapku, tidak pernah memperhatikan aku dan Bunda lagi. Hubunganku dengan Ayah yang erat, terputus karena Ayah mulai jarang bertemu aku.  

Bunda mengajakku untuk pergi jauh, jauh sekali dari Ayah. Untuk pertama kalinya, aku berpergian menggunakan pesawat. Bunda dan aku pergi ke kampung halaman dimana Bunda ku dilahirkan. Disana aku bertemu banyak orang. Mulai dari nenekku, saudara-saudara yang belum pernah aku temui, paman dan tante, dan lainnya.

Disini aku lebih diperhatikan, perlahan aku yang masih kecil mulai melupakan Ayah. Ayah membujuk Bunda untuk kembali bersama Ayah. Bunda seringkali terbuai dengan omongan Ayah yang menyatakan telah meninggalkan perempuan itu. Ternyata, Ayah berbohong.

Hidup Bunda saat ini seperti siklus. Bertengkar dengan Ayah, kembali ke kampung halamannya, lalu Ayah akan membujuk Bunda dengan mulut manisnya, dan Bunda akan kembali dengan Ayah,  dan seterusnya. Hal ini membuat aku jauh dari orangtuaku dan aku pun bertumbuh tanpa kasih sayang yang cukup dari orangtuaku. Aku memang tidak mendapat kasih sayang yang cukup dari orangtuaku, tetapi banyak orang-orang di sekitarku yang dapat memberikanku kasih sayang layaknya anak kecil pada umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun