Ujian yang harus dipersiapkan yaitu imtihan syafahi[1] dan imtihan tahriri[2]. Hampir tiap malam aku disibuki oleh urusan kepanitian, begadangpun telah biasa bagiku disaat-saat ini. Tapi disela-sela itu teringat nasihat Kyai Jazuli Ahmad ,pimpinan pondokku "Perjuangkanlah orang lain dengan sepenuh hati niscaya engkau akan diperjuangkan oleh Allah ".
Dengan keyakinan dari sepetik nasihat Kyai-ku ,aku menjalankan tanggung jawab ini dengan semangat dan kesukarelaan. Tak peduli ocehan dari manapun, maupun keselewengan ketua panitia akau kuhiraukan. Yang terpenting ini kujalani semaksimalkan mungkin.
Ujian bertepatan dengan bulan Ramadhan , membuatku harus bekerja lebih keras saat malam hari untuk mempersiapkan soal ujian dan lembar jawaban kedalam amplop cokelat yang akan dibagikan esoknya.
Â
Hari demi hari masa ujian semester genap usai  dan bertepatan dengan wisuda santri kelas enam.  Dengan begitu usai pula pengabdianku pada pondokku ini selama setahun.
Aku harus kuliah ,itulah motivasi dan dorongan dari keluargaku meskipun Kyai-ku meminta untuk melanjutkan pengabdian tapi Aku menolak secara halus .
"Maaf Mudir[3], bukannya saya tidak mau mengabdi lagi , tapi orangtua lebih menyuruh saya untuk kuliah  dan juga saya meminta maaf apabila ada kesalahan yang saya perbuat selama khidmat di pondok ini Mudir"ucapku pada beliau dengan hormat.
"Tidak masalah , utamakanlah perintah orangtuamu. Mudir tidak memaksa , ya silahkan lanjutkan kuliah!'' jawabnya padaku.
 Setelah minta izin ,akhirnya aku pulang kerumah dan berakhirlah pengabdianku selama setahun.
.......................................
"Hisyam, kamu sudah daftar kuliah belum?" Tanya kakak tertuaku.