Mohon tunggu...
Jane Mustika
Jane Mustika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cinta Sebelum Waktunya: Mengungkap Ancaman Pernikahan Dini yang Harus Dihindari untuk Indonesia Emas 2045

13 Mei 2024   01:09 Diperbarui: 13 Mei 2024   14:00 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Manusia memiliki siklus kehidupan (life cycle) mulai dari bayi, balita, remaja, dewasa, hingga menjadi tua atau lanjut usia. Life cycle manusia adalah proses yang mutlak dan tidak dapat dihindari, karena ia menandai perkembangan dan pertumbuhan individu secara biologis dan psikologis. Kenapa sih kita membahas life cycle? Karena kita akan membahas hal yang relevan dengan rusaknya life cycle yaitu Pernikahan Dini yang Berpengaruh Pada Kesehatan Reproduksi Dalam Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia. Hal ini penting untuk dibahas agar kita bisa memahami dan mengatasi masalah tersebut agar generasi mendatang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan memiliki pemahaman terkait pentingnya kesehatan reproduksi, diharapkan masyarakat dapat mengambil keputusan yang bijak terkait pernikahan, keluarga berencana, serta perawatan kesehatan reproduksi.

"Pernikahan hanyalah pintu. 

Dimana orang yang di luar ingin masuk, sedangkan orang yang di dalam ingin keluar." -NH Dini

Pemahaman Masyarakat dan Pengaruhnya

Kalian tahu ngga sih? Di Indonesia, saat ini pengetahuan remaja soal kesehatan reproduksi masih tergolong rendah. Berdasarkan data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2008, hanya 17,1% remaja putri dan 10,4% remaja laki-laki yang tahu secara benar mengenai masa subur dan risiko kehamilan. Laporan Kementerian Kesehatan RI 2017, juga mencatat hanya sebanyak 20% remaja usia 15–24 tahun yang mengetahui informasi tentang HIV, atau penyakit seksual menular lain, seperti klamidia, sifilis, trikomoniasis, herpes dan lainnya.

Dalam beberapa aspek, pemahaman tentang reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan kualitas hidup, produktivitas, kualitas sumber daya manusia, kesadaran, dan kualitas embrio. Oleh karena itu, pentingnya kesehatan reproduksi dalam membangun kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh pernikahan dini dan menyebabkan stunting karena kesehatan reproduksi yang sehat sangat penting untuk memastikan kualitas hidup seseorang dan meningkatkan indeks sumber daya manusia di masa yang akan datang.

Kasus Pernikahan Dini di Indonesia

Berdasarkan data UNICEF, pernikahan anak usia dini di Indonesia menempati urutan tertinggi ke-8 didunia dan ke-2 di ASEAN dengan total hampir 1,5 juta kasus pernikahan dini. Proporsi perempuan umur 20-24 tahun yang berstatus kawin sebelum 18 tahun sebanyak 11,21 persen dari total jumlah anak. Artinya, sekitar 1 dari 9 perempuan usia 20-24 tahun menikah saat usia anak. Jumlah ini berbanding kontras dengan laki-laki dimana 1 dari 100 laki-laki berumur 20 – 24 tahun menikah saat usia anak. Berdasarkan data Komnas Perempuan, pada tahun 2021, terdapat 59.709 kasus pernikahan dini yang diberikan dispensasi oleh pengadilan.

Pada tahun 2022, pengadilan agama menerima 55.000 permohonan dispensasi pernikahan usia dini, yang meningkat secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Data Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (KemenPPA) RI juga mencatat bahwa hingga tahun 2022, perempuan di bawah usia 16 tahun menjadi yang paling banyak terdampak dari kasus ini, yaitu sebanyak 14,15%.

Dampak Kasus Pernikahan Dini Terhadap SDM Indonesia

Aspek Kesehatan

Anak perempuan yang menikah dini belum siap secara fisik untuk mengandung dan melahirkan, sehingga pernikahan dini akan meningkatkan risiko angka kematian ibu dan bayi.


Anak yang melakukan pernikahan dini cenderung memiliki organ reproduksi yang belum sempurna. Kualitas sel sperma dan ovum dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor usia. Kondisi rahim wanita yang masih terlalu dini dapat menyebabkan kandungan lemah dan sel telur masih belum sempurna. Begitu juga pada pria dalam pernikahan dini, tentu saja sel sperma juga masih belum berkualitas. Sel telur dan sperma yang belum berkualitas memungkinkan anak akan lahir secara prematur atau cacat. Dibuktikan dengan angka stunting nasional sebesar 21,6%.

Pernikahan dini juga dapat mengakibatkan risiko beberapa penyakit yang disebabkan oleh kurangnya edukasi tentang seks. Penyakit ini diantaranya adalah Infeksi Menular Seksual (IMS), Kanker, dan Hepatitis B.

Aspek Mental

Banyak orangtua yang berfikir bahwa pernikahan dini adalah hal yang baik untuk menghindari zina. Tanpa mereka ketahui, pernikahan dini sangat memengaruhi mental seorang anak. Ketidaksiapan mental untuk membina rumah tangga akan meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, tidak sehat mental, depresi dan trauma, dan pemberian pola asuh yang tidak tepat pada generasi selanjutnya. Hal ini tentu saja juga sangat memengaruhi psikologis anak.

Pernikahan dini dilakukan oleh anak dibawah umur, sehingga mereka cenderung mempunyai mental dibawah umur juga. Pasangan yang mempunyai mental dibawah umur akan kesulitan dalam mengasuh dan memberikan kasih sayang pada anak. Mereka belum siap untuk menjadi orangtua dan memerankan diri sebagai ayah dan ibu secara optimal.

Aspek Pendidikan dan Moral

Anak-anak yang menikah di bawah 18 tahun beresiko 4 kali lebih banyak putus sekolah, serta rata-rata lama pendidikan anak perempuan yang menikah muda hanya 7,29% yang tidak menyelesaikan pendidikan tingkat SMP sehingga wajib belajar 12 tahun tidak tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun