Dayak International Organization (DIO) : organisasi yang didirikan untuk melindungi hak-hak masyarakat Dayak di seluruh wilayah Borneo yang dimana meliputi daerah Kalimantan di Indonesia, Sabah dan Sarawak di Malaysia dan sebagian kecil di Brunei. DIO berfokus pada memperjuangkan hak-hak sosial, budaya, lingkungan, dan ekonomi bagi masyarakat Dayak. DIO juga memiliki tujuan untuk menjaga dan memajukan adat dan tradisi Dayak dalam menghadapi berbagai macam tantangan modernisasi saat ini.Â
Adanya Dayak International Organization (DIO) memang membawa beberapa perubahan bagi masyarakat Dayak di Borneo tetapi untuk kecepatan perubahan tergolong relatif lambat, hal ini dikarenakan ketidakseragaman kebijakan antarnegara dan juga pengaruh dan perkembangan yang diusahakan DIO masih terkendali, tetapi terbatas oleh kapasitas dan tantangan politik. Faktor-faktor nya seperti dukungan pemerintah lokal, tekanan dari industri, dan akses ke sumber daya untuk melaksanakan program DIO menjadi faktor penghambat dan memengaruhi sejauh mana organisasi ini bisa mengimplementasikan visinya. Secara keseluruhan, DIO telah membantu memperkuat solidaritas dan kesadaran di antara komunitas Dayak, walaupun perubahan yang dihasilkan oleh DIO sendiri masih terhambat oleh berbagai tantangan struktural.
Kepemimpinan :
Dayak International Organization (DIO) didirikan pertama kali dengan dukungan tokoh masyarakat, salah satu nya Datuk Seri Panglima Dr. Jeffrey G. Kitingan. Di tengah konflik tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Dayak, DIO muncul sebagai respons untuk mengoordinasikan upaya lintas batas bagi masyarakat Dayak dalam memperjuangkan hak-hak dan kedaulatan mereka.Â
Datuk Seri Panglima Dr. Jeffrey G. Kitingan dipilih sebagai pemimpin Dayak International Organization (DIO) karena sosok Jeffrey Kitingan memiliki pengaruh kuat dalam mengadvokasi hak-hak masyarakat adat dan pengalaman panjang dalam memperjuangkan kepentingan politik dan budaya masyarakat Dayak. Datuk Jeffrey Kitingan juga seorang aktivis yang berwawasan internasional dimana Datuk Jeffrey Kitingan juga mampu membangun jaringan luas dan memperjuangkan hak-hak Dayak di berbagai forum regional dan global. Terakhir perlu diketahui juga bahwa Datuk Seri Panglima Dr. Jeffrey G. Kitingan dikenal memimpin dengan gaya yang strategis dan diplomatis, dengan fokus pada penguatan hak-hak adat dan pembangunan berkelanjutan.
Adapula sistem nilai yang dianut oleh Dayak International Organization (DIO) guna mewujudkan sistem nilai yang berakar kuat dalam pelestarian warisan budaya dan hak-hak masyarakat  Dayak, yaitu :
Sistem nilai ini ditujukan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi masyarakat Dayak, seperti hak atas tanah mereka, pelestarian budaya, dan ancaman yang ditimbulkan oleh modernisasi dan perambahan lahan tradisional. DIO juga mendukung penerapan "Sistem Peradilan Internasional Dayak," yang berupaya menyatukan masyarakat Dayak di seluruh Kalimantan, memberi mereka suara politik dan sosial yang lebih kuat untuk melindungi hak-hak mereka secara kolektif. DIO sejalan dengan Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Masyarakat Adat (UNDRIP) untuk memastikan masyarakat Dayak dapat menjalankan penentuan nasib sendiri, Â melindungi identitas budaya, dan mengendalikan penggunaan lahan sesuai dengan adat istiadat mereka. Penekanan pada persatuan dan dukungan internasional ini mencerminkan strategi yang lebih luas yang di mana kelompok masyarakat adat yang menghadapi tantangan domestik beralih ke jaringan internasional untuk memperkuat perjuangan mereka dan membantu mereka memberikan tekanan eksternal pada pemerintah daerah untuk mengamankan hak-hak mereka secara efektif. Aspek utama dari sistem nilai Dayak International Organization (DIO) mencakup beberapa prinsip, yaitu penghormatan terhadap leluhur dan hak adat, pelestarian lingkungan, keadilan sosial dan persamaan hak, solidaritas dan integrasi lintas negara, kolaborasi internasional dan pemberdayaan dan penguatan komunitas.
Selain itu pula, Dayak International Organization (DIO) ini juga mempunyai kegiatan rutin, seperti:
1. Festival Budaya Dayak: Festival budaya dayak ini biasanya diadakan secara berkala untuk merayakan seni, adat, dan tradisi masyarakat Dayak.Â
2. Diskusi dan Lokakarya Adat: DIO juga menyelenggarakan pertemuan rutin untuk membahas isu-isu hak adat, perlindungan lingkungan, dan kebijakan yang memengaruhi komunitas Dayak.