"Kalau padang lamun rusak, otomatis populasi hewan-hewan itu juga terancam"
Kalau dengar kata lamun, banyak orang langsung mikir itu sama kayak rumput laut. Padahal beda, lho. Rumput laut itu alga, sementara lamun adalah tanaman sejati.
Dia punya akar, batang, daun, bunga, bahkan buah.
Jadi bisa dibilang lamun itu lebih mirip tanaman darat yang pindah rumah ke laut dangkal.
Sekilas, lamun terlihat sepele, cuma hamparan hijau di bawah air yang goyang-goyang kena arus. Tapi jangan salah, lamun punya kemampuan luar biasa yang bikin dia jadi salah satu "pahlawan biru" lautan.
Salah satu perannya yang bikin melongo adalah kemampuannya menyerap karbon 35 kali lebih cepat dibanding pohon di darat.
Kebayang, kan, betapa pentingnya lamun dalam melawan perubahan iklim?
Kalau pohon di darat kita sebut sebagai paru-paru dunia, maka lamun bisa dianggap sebagai "paru-paru laut".
Dia rajin menyerap karbon dioksida (CO) dan menyimpannya dalam bentuk biomassa serta sedimen di dasar laut.
Karbon itu bisa tersimpan ratusan bahkan ribuan tahun. Jadi, lamun itu ibarat brankas karbon alami yang super aman.
Rumah Nyaman bagi Penghuni Laut
Selain jago nyerap karbon, lamun juga punya peran besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Bayangin, daun-daun lamunnya yang rimbun jadi tempat berlindung buat ikan kecil, udang, kepiting, sampai biota mikroskopis.
Banyak ikan yang kita makan sehari-hari awalnya besar di padang lamun, sebelum pindah ke terumbu karang atau laut lepas. Jadi, lamun bisa dibilang tempat "TK dan SD"-nya ikan-ikan.
Nggak cuma itu, beberapa hewan laut langka kayak penyu hijau dan dugong menjadikan lamun sebagai makanan favorit mereka.