Peran akuntansi hijau dalam keuangan syariah, tantangan di Era LST (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola)
Pernah dengar istilah akuntansi hijau?Â
Atau mungkin baru-baru ini kamu sering baca tentang keuangan syariah yang katanya ramah lingkungan dan berkelanjutan?Â
Nah, dua hal ini sekarang sedang jadi sorotan di tengah maraknya isu lingkungan dan keberlanjutan, apalagi saat dunia keuangan mulai menaruh perhatian serius pada LST alias Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (dalam Bahasa Inggris: ESG atau Environmental, Social, and Governance).
Akuntansi hijau dan keuangan syariah mungkin terdengar seperti dua hal berbeda.Â
Tapi kalau kita telisik lebih dalam, sebenarnya keduanya bisa saling melengkapi.Â
Bahkan, bisa dibilang keuangan syariah adalah pasangan ideal bagi konsep akuntansi hijau di era LST ini. Yuk, kita bahas lebih lanjut!
Apa sih Akuntansi Hijau Itu?
Akuntansi hijau, atau sering disebut juga green accounting, adalah pendekatan akuntansi yang tidak hanya fokus pada laporan keuangan, tapi juga memperhitungkan dampak aktivitas ekonomi terhadap lingkungan.Â
Misalnya, berapa banyak energi yang digunakan perusahaan, seberapa besar jejak karbon yang dihasilkan, hingga investasi mereka dalam pelestarian alam.
Jadi, akuntansi hijau ini semacam cara untuk mengukur seberapa ramah lingkungan dan berkelanjutan sebuah organisasi.Â
Tujuannya? Supaya perusahaan nggak cuma ngejar untung, tapi juga ikut tanggung jawab menjaga bumi.
Lalu, Apa Kaitannya dengan Keuangan Syariah?