Mohon tunggu...
Mas Jalu
Mas Jalu Mohon Tunggu... fotografer -

Fotografer pecinta budaya, hobi piknik dan ngendid orang

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Angguk, Eksotisme dari Rakyat Jelata

24 Juni 2018   21:10 Diperbarui: 25 Juni 2018   23:51 2617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyusuri perbukitan Menoreh di sisi barat Jogja selalu dimajakan oleh panorama alam luar biasa, dari sejuknya perbukitan yang senantiasa dilewati kabut di pagi dan sore hari, berbagai air terjun yang mengalir dari sumber mata air alami, hutan hijau, goa-goa, pedesaan dengan bangunan rendah khas pegunungan hingga kesenian tradisional yang sangat eksotis. Tak heran jika kabupaten ini disebut The Jewel of Java, atau perhiasannya pulau Jawa. 

Salah satu kesenian asli yang berkembang di Kulon Progo adalah Angguk, paduan budaya Jawa dan Arab dan Belanda. Gerakan gemulai dengan khas tari Jawa kental sekali dalam kesenian ini, bercampurnya budaya Arab mengisi iringan musik yang berupa tabuhan kendang, tambur dan terbang dan juga nyanyian pengiring dengan bahasa Arab bercampur Jawa. 

Pengaruh kuat budaya Eropa berada pada kostum penarinya yang biasanya berwarna dasar hitam dan hiasan-hiasan warna kuning atau merah, berpangkat diatas kedua pundak, bercelana pendek, bertopi pet dengan hiasan bulu-bulu, dan berkaos kaki. Seni tari Angguk ini sangat berbeda dengan seni tari pada umumnya yang berkembang di Yogyakarta, terutama pada kostum yang dikenakan. Jika tarian Jawa pada umumnya mengenakan kain jarik sebagai bawahan, maka di tari Angguk ini mengenakan celana pendek. 

Hal ini menjelaskan bahwa kesenian ini muncul dan berkembang atas inisiatif rakyat jelata, bukan berkembang dari dalam Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat yang banyak memunculkan berbagai jenis kesenian. Awal mula tujuan tarian ini adalah sebagai ungkapan kegembiraan dan rasa syukur atas panen raya rakyat di Kulon Progo di masa penjajahan Belanda. Namun di era sekarang ini Angguk bertujuan sebagai hiburan yang sering ditampilkan dalam hajatan pernikahan, sunatan dan acara khusus di masyarakat Yogyakarta.

Perjalanan kali ini kita menuju Goa Kiskendo, sebuah Goa dengan mitos cerita Sugriwo Subali dalam pewayangan. Disitulah nanti akan dipentaskan kesenian Angguk putri. Memasuki area wisata alam ini mata saya tertuju pada sekelompok perempuan cantik yang kesemuanya sedang bersolek . Lipstik merah tebal menghiasi senyum dan tawa mereka menunggu saatnya pentas. Kelompok tari Angguk kali ini dari sanggar Sekar Kencono di kabupaten Kulon Progo. 

Penari berjumlah 16 personil yang kesemuanya perempuan ini mulai berlenggok gemulai menari diantara ratusan penonton yang hadir dalam acara Menoreh Tourism Festival 2018. 

Berderet sebanyak 2 baris dengan sedikit menekukkan kaki  dan bergoyang pinggul serta gemulai gerakan tangan uker / ngruji membuat tarian ini sungguh mempesona. Senyuman tipis manis yang menyertai setiap gerakannya membuai dan menyihir penonton hingga mengajak mereka menghentakkan kaki ataupun menggoyangkan tangan mengikuti ketukan musik yang berasal dari kendang, tambur, dan terbang atau rebana tersebut. 

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Dok. pribadi
Dok. pribadi
Pentas kali ini dilakukan dalam 3 babak tari yang kesemuanya berlangsung sekitar 10 menit setiap babaknya. Syair lagu yang dinyanyikan berbahasa Jawa namun benuansa Arab ini mempunyai nada  dan gerakan tari yang hampir sama dalam setiap babak tarian, yang membedakan adalah ketukan atau gaya tariannya, di babak kedua dan ketiga mereka menari semakin rancak. 

Di babak yang ketiga ini salah seorang penari mengalami trance atau kerasukan. Di jaman dahulu kala memang tarian ini selalu menceritakan lakon dari cerita Umarmoyo, Sekar Mawar, Dewi Kuning-Kuning, Air Gunung, Trisnowati dan Awang-awang sehingga sampai saat ini banyak masyarakat yang memercayai ketika penari kerasukan maka yang merasuki adalah roh dari tokoh-tokoh tersebut.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Pentas diakhiri dengan "disembuhkannya" penari dari keadaan trance/kerasukan oleh pawang dari kelompok Angguk tersebut. Kabut yang turun dengan cepat disertai rintik tipis hujan di pelataran Goa Kiskendo membuat suasana semakin mistis, namun tetap sejuk dan alami. 

Semoga kesenian tradisional Angguk ini selalu terjaga, terawat dan lestari.

Sebagai informasi tambahan, kesenian Angguk ini menjadi nominasi Anugerah Pesona Indonesia tahun 2018 sebagai Atraksi Budaya Terpopuler. Masyarakat bisa mendukung Angguk ini dengan vote lewat SMS ke 99386 dengan format API(spasi)8G

Salam budaya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun