Mohon tunggu...
Sutarmin S.A.B
Sutarmin S.A.B Mohon Tunggu...

saya suka berpetualang walau dengan uang pas-pasan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pantai Kamali... Tempat Nongkrong Tengah Kota Bau-bau

30 Agustus 2010   10:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:35 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seperti cerita saya sebelumnya, tempat yang pertama kali yang saya kunjungi adalah Pantai Kamali. Dengan pertimbangan lokasinya yang paling dekat dengan penginapan tempat saya menginap. Hanya dibutuhkan waktu kurang dari 10 menit dari penginapan saya untuk menuju pantai kamali. Tempat wisata ini mungkin lebih mirip dermaga, mirip Taman Ade Irma di Cirebon, Pantai nirwana di Semarang dengan versi yang sangat minimnya, namun secara penataan sudah tertata baik. Mungkin karena saya mengunjungi kota ini menjelang tahun baru maka tempat ini terasa ramai. Pantai kamali ini merupakan tempat hiburan yang paling strategis di kota bau-bau, walau yang ada didalamnya hanya pedagang mainan anak-anak, aksesoris wanita dan aksesoris HP serta pedagang makanan. pantai kamali, malam minggu Pertama saya yang dilihat adalah tempat parkir, seperti kebanyakan kota besar bahwa jumlah pengendara sepeda motor lebih mendominasi tempat parkir, namun karena tidak ada pihak resmi yang mengelolanya maka yang pertama kali kita lihat adalah motor-motor yang terparkir berantakan, berbaur dengan pedagang makanan gerobakan dan tukang odong-odong. Bahkan saya sempat bingung dimana jalan masuknya karena ternyata jalan masuknya juga tertutup oleh motor yang terparkir. Setelah berhasil menemukan jalan masuk saya pun berkeliling mengitari tempat tersebut. Secara keseluruhan Pantai kamali di bagi menjadi 3 tempat yakni wilayah bagian timur, dan tengah dan barat pada wilayah sampingnya berbatasan langsung dengan pantai sehingga dibuat tembok-tembok yang asyik untuk sekedar duduk-duduk atau menjadi tempat mengobrol dengan teman sejawat apalagi pacaran bweeuuuh!!!. Pada bagian timur terdapat “lapangan” yang di samping-sampingnya banyak penjual aksesories lesehan, mainan anak dari mandi bola sampe mancing ikan magnet dll. Pedagang pantai kamali ini hanya membuka dagangannya setiap malam saja, sedangkan di pagi hari mereka tidak diperkenankan untuk menjajakan dagangannya. patung naga pantai kamali Pada bagian tengah saya melihat sebuah tugu atau patung dan menjadi maskot dari Kota Bau-Bau yakni patung kepala naga. Yang pada malam hari tampak menarik perhatian untuk setiap orang yang pertama kali melihatnya. Di depan patung naga persis di pinggir pantai terdapat banyak pedagang makanan khas yakni gorengan dan minuman khas Sulawesi yakni Saraba. Walaupun untuk jenis makanan yang dijual cenderung monoton alias cuman gorengan mulu namun ada yang berbeda dalam menikmati gorengan ini yakni semua gorengan dimakan dengan sambal bahkan pisang goreng dan ubi manis juga jadi rasanya agak eksotik dan pas minumnya dengan Saraba yang hangat. Saraba ini sejenis minuman yang terbuat dari air jahe di campur dengan telur ayam ataw bebek, mirip dengan bandrex, bajigur di Jawa Barat, Pokoe MAKNYOSH!! Wilayah bagian barat pantai di isi oleh lapak-lapak pedagang kaki lima, walau pada awalnya tampak bahwa lokasi tersebut digunakan untuk parkir kendaraan dan ruang pameran kerajinan (karena ada kios yang renacanya diperuntukan untuk hal tersebut). PKL tersebut pada umumnya menual CD bajakan, produk fashion (yang udah basi kalo di Jawa) dan konter Hp juga aksesoris petualangan kaya Sangkur, Ransel dll. pisang kipas, pisang goreng, ubi goreng, ote-ote dan SARABA Sudah cukup pegel habis muter-muter saya pun memilih istirahat mencoba makanan yang ada ditengah, memesan beberapa gorengan dengan harga Rp.1.000/bh plus sambal dan secangkir Saraba seharga Rp. 5.000. sambil menikmati makanan yang tersaji seorang diri (jomblo made on), saya melihat pemandangan lepas pantai pelabuhan Bau-Bau cukup indah dengan kelap kelip lampu kapal di kejauhan dan lampu rumah penduduk di pulau seberang. Sebelah meja saya ada sejumlah orang sedang mengobrol mungkin menurut saya mereka adalah satu keluarga, mereka berbicara dengan bahasa daerah entah bahasa buton, muna taw tolaki ataw mungkin juga bugis… memang Indonesia sangat beraneka ragam suku sampe dalam satu kota kecil saja banyak sukunya. Pukul 22.00 Wita saya beranjak pergi untuk kembali ke peninapan, dan tampak juga wilayah pantai ini sudah beranjak sepi di tinggalkan pengunjung yang ramai datang sejak sore tadi…. Saatnya istirahat lagi untuk berpetualang lagi esok hari… Kemana ya……………..???

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun