Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bis Terbang Menuju Mentarang

14 Oktober 2023   13:12 Diperbarui: 14 Oktober 2023   16:04 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lolos berat badan dan bagasi (foto: edipetebang)

Ini penerbangan pesawat baling-baling yang pertama kalinya bagi saya. Rasanya betul ngeri-ngeri sedap. Betapa tidak, pesawatnya meliuk-liuk, turun naik menghindari awan. Ketinggian pesawat ini pun hanya diatas awan terendah dari bumi. Di bawah dengan jelas kelihatan sungai, daratan, pemukiman, pepohonan , hewan ternak dan sebagainya.

Di dalam pesawat, serasa dalam bis (foto: edipetebang)
Di dalam pesawat, serasa dalam bis (foto: edipetebang)

Jika melewati awan, terasa nyut, tiba-tiba turun, naik...seram. Dan bunyinya yang keras memekakkan telinga. Tapi jangan kuatir, kata orang-orang, resiko naik pesawat kecil lebih rendah jika dibanding pesawat jenis foker atau boeing apalagi airbus. "Kalau jatuh, palingan nyangkut di pohon kalau di hutan,"teman saya bergurau.

Sedapnya, sepanjang perjalanan kita bisa melihat kiri kanan pemandangan yang indah, awan putih yang membentuk aneka rupa, kelok-kelok sungai, hutan dan aktivitas pertambangan bauksit yang kelihatan jelas dari udara. 

Yang juga membuat saya agak takut, ternyata yang menerbangkan pesawat bukan pilot, tapi copilot atau seseorang yang sedang magang/belajar. Yang menyapa kami ketika masuk pesawat, duduk di sebelah kiri pilot, yang kami sangka co-pilot yang bule tadi, ternyata mengajari saja.  Sepanjang perjalanan co-pilot tersebut menunjukkan tombol-tombol, sesekali membuka buku manual dan sesekali membuka tablet. "Wah ..semoga semuanya aman dan lancar," dalam hati saya sembari menguntaikan doa-doa. Memang dalam perjalanan naik motor, mobil, pesawat, kapal, dll, saya selalu berprinsip bahwa sopir/nakhoda pasti orang yang mampu, yang terampil. Sehingga saya oke-oke saja melakukan perjalanan kemanapun, naik moda apapun.  

Pilot jadi co-pilot (foto: edipetebang)
Pilot jadi co-pilot (foto: edipetebang)


Terbang setengah jam, pesawat pelan-pelan turun dan mendarat dengan mulus di bandara Robert Atty Bessing, Malinau. Lega...sampai juga akhirnya.

Rapat territory management credit union anggota Puskopcuina (foto: wily, puskopcuina)
Rapat territory management credit union anggota Puskopcuina (foto: wily, puskopcuina)

Terima kasih Pusat Koperasi Credit Union Indonesia, PUSKOPCUINA (www.puskopcuina.org) yang memungkinkan saya mendapat sensasi unik naik pesawat kecil pertama kalinya, pertama kali pula saya ke Provinsi Kalimantan Utara. Saya bersama Bu Rita Sarlawa, bendahara Puskopcuina dalam penerbangan ini. Saya memandu rapat territory management credit union anggota Puskopcuina di wilayah Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara. Puskopcuina adalah federasi nasional koperasi credit union Indonesia yang beranggotakan 46 Credit Union tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Papua dan Maluku. 

Buaya, lambang Desa Pulau Sapi (foto: edipetebang)
Buaya, lambang Desa Pulau Sapi (foto: edipetebang)

Terima kasih CU Femung Pebaya, angggota Puskopcuina, CU yang melayani anggota di Kabupaten Malinau yang menjadi host pertemuan ini. Lokasi kegiatan di desa wisata Pulau Sapi. Unik, namanya Pulau Sapi, tapi tidak ada sapinya. Malah lambang desanyanya adalah buaya. Itulah keunikan Indonesia, kekayaan Nusantara yang harus dijaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun