Mohon tunggu...
Jainal Abidin
Jainal Abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - jay9pu@yahoo.com

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Bukan untuk Pekerjaan

25 Maret 2013   16:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:14 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mensinergikan antara pasar kerja dengan pendidikan, Mungkinkah? Padahal jauh-jauh hari Ki Eyang Buyut Hajar Dewantara pernah dawuh “Pedidikan itu Membebaskan”. Dengan mensinergikan pendidikan dengan pasar kerja, apa tak membuat ketergantungan pendidikan. Artinya, pendidikan hanya mau mendidik kemauan pasar. Sehingga pendidikan hanya di hitung dengan digit angka.

Padahal urgensi pendidikan lebih dari semua itu. Dengan pensinergian sesungguhnya justru membuat meaning pendidikan menjadi hampa dan hambar. Kegembiraan seorang anak dan orang dewasa yang telah bekerja, adalah ukuran yang bisa dilihat Sebagai contoh nyata. Kegembiraan tulus yang tergambar dalam senyum putra-putri bangsa yang pergi setiap hari ke sekolah. Mereka seakan tanpa beban melakukan rutinitasnya. Berbeda sekali dengan para orang dewasa yang pergi untuk bekerja.

Kalau pendidikan jadi di sinergikan dan apalagi sampai dikotak-kotakkan pada specialist tertentu, maka meminjam istilah Ippho santosa bahwa memang pendidikan telah membunuh kemampuan otak kanan. Karena dengan membentuk specialist akan mengkerdilkan kemampuan otak kanan yang generalist, kemampuan dalam berbagai bidang ketrampilan pada otak. Pada akhirnya pembunuhan kreativitas anak bangsa secara perlahan.

Pendidikan harus bebas dari segala macam tuntutan. Sehingga pendidikan lepas dari citra negatif bila tidak sesuai dengan realita dan kenyataan. Karena memang sejatinya mendidik ibarat hanya membekali. Jadi ketrampilan di lapangan jelas berbeda dengan sekolah, maka yang terdidik sendiri yang mengembangkan. Karena telah mengenyam pendidikan, pendidikan yang akan menuntun mereka dalam menguraikan maslah yang di hadapi.

Daripada kita terus saja ingin sinergi-sinergi terus, lebih baik kita kembali mengkaji prinsip inti dari pendidikan menurut bapak pendidikan indonesia di atas. Jadi, membebaskantentu semua sudah jelas. Dengan demikian, jika pendidikan harus sesuai dengan pangsa pasar apatah guna masa 6 tahun di sekolah dasar, kemudian 3 tahun di sekolah menengah pertama dan atas. Di tambah 4 tahun lagi jika harus mendapat gelar sarjana / srata 1. Semua itu lebih dari cukup untuk peserta didik menghadapi masa depannya. Jika masih ada sarjana yang kebingungan karena kerja atau apalah maka yang di tanya adalah perorangannya.

Namun begitu di katakan pendidikan harus mampu memaksimalkan kemampuan anak manusia untuk belajar dan belajar. Sehingga sudah tepat jika semasa sekolah tidak sesuai dengan lapangn kerja si alumni geluti. Meminjam istilah Ipho di atas, di namakan generalist. Dengan begitu alumni kita mau memulai proses belajarnya lagi. Membuka buku terbaru, realita kehidupan untuk menempuh universitas kehidupan. Tak ada lagi nilai angka benar atau salah. Semua belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Tak ada lagi nilai digit angka. Proses pendidikan yang tersistem secara alami. Pendidikan seumur hidup yang mendewasakan peserta didik baik secara jasmani maupun ruhani.

Tak ada kata keliru dalam belajar. Karena memang dalam proses belajar tidak ada kata salah kalau mau belajar.Adanya selalu mau mengupdate wawasan dan pengetahuan. Kalau tak mau menyebut sebagai suatu kekeliruan. Pendidikan dalam hal ini memberi tongkat tuntunan untuk menuntun menghadapi hidup. Salah adalah bagian proes pembelajaran, yang pada akhirnya mendidik untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Masa orang belajar masih mau di kalahkan dengan keledei?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun