Mohon tunggu...
Jainal Abidin
Jainal Abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - jay9pu@yahoo.com

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bumiku Sayang, Bumiku Malang

24 April 2013   20:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:39 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13668084122011658167

Alkisah…

“Tolong… tolong… selamatkanlah aku” rengek si bumi tanpa ada yang mau mendengarkan dan tak ada yang mempedulikan.

Tapi untunglah, ada tanaman dan angin yang masih bisa di ajak curhat sama si bumi, sehingga bumi tak jadi meluapkan kemarahannya.

“Tak usah minta tolong, percuma!” kata si tanaman sambil meranggas, menggugurkan daun-daunnya. Karena ia memang sangat kepanasan sekali padahal musim penghujan. Jatah CO2-nya berlebih hingga ia tak mampu mengatur intensitas bernapasnya.

Angin datang dan berseru “Ma’afkanlah aku bumi dan tanaman, aku juga tak bisa bergerak teratur karena kadar CO2-ku dan O2-ku dalam kandunganku juga tak seimbang”.

Bumi menggerutu keras sekali, “Sesungguhnya dampak buruk yang kita rasakan saat ini, berasal dari aktifitas manusia, manusialah yang telah mengganggu keseimbangan alam. Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara secara besar-besaran berdampak pada melonjaknya emisi karbon yang tak terkendali. Pengrusakan hutan sebagai penyerap Karbondioksida semakin memperparah kondisi kita. Ditambah pembangunan infrastruktur, pemukiman, kawasan perdagangan dan industri yang tak ramah lingkungan memperparah kondisi lingkungan alam”.

“Sabar ya, bumi” sahut si tanaman dan angin serempak.

***

Begitulah, suara-suara itu meraung tiap hari seperti halilintar di siang bolong tetapi hanya kedengaran ketika tanggal 22 April. Hari itu, Hari Bumi atau Earth Day yang diperingati pada tanggal 22 April setiap tahunnya secara internasional. Hari Bumi atau Earth Day dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia yaitu bumi.

Sobat, Pemanasan Global berlanjut berdampak pada perubahan iklim setiap hari, setiap menit bahkan setiap detik. Di beberapa Negara, hujan meningkat intensitasnya namun menyempit waktunya. Banyak Negara mengalami musim kering yang lebih panjang dari biasanya. Angin dan badai juga bertiup semakin besar skalanya. Akibatnya, banjir, longsor, kekeringan, kebakaran lahan, angin kencang, badai, gagal panen dan merebaknya penyakit menyebabkan musibah yang merenggut harta dan jiwa. Kemudian muncul ledakan hama dan penyakit akibat perubahan iklim yang menyebabkan kerugian besar pada petani dan mengancam kerawanan pangan. Belum lagi bagi pulau-pulau kecil di berbagai belahan dunia yang terancam tenggelam akibat peningakan permukaan laut.

Sobat, Peningkatan konsentrasi CO2 sebagai salah satu Gas Rumah Kaca dominan menimbulkan Efek Rumah Kaca yang berakibat terjadinya pemanasan global (Global Warming). Nah, dampaknya sudah tahu? Kalo belum, mari kita amati perubahan drastis yang terjadi di kehidupan sehari-hari kita. Semisal kita dapat merasakan dua wilayah yang sangat dekat, curah hujannya beda. Satu wilayah hujan sampai kebanjiran sedang wilayah di sebelahnya tidak hujan sama sekali bahkan sampai kekeringan. (pingen ngeh lagi, berburu aja di mbah google.com)

Sobat, selalu saja manusia menyengsarakan bumi. Padahal tempat hidupnya didalam perutnya. Manusia lupa sebagaimana anak yang lupa pernah di kandung oleh ibunya. Jika ibunya, salah sedikit saja langsung di bentaknya, di maki-maki bahkan di hujat habis-habisan. Sama persis seperti kelakuan manusia pada bumi. Tsunami yang maha dahsyat, tanah longsor, banjir bandang, kekeringan dan juga kebakaran tak mampu membuat para manusia untuk sekedar intropeksi diri dan mawas diri atas kekelirua-kekeliruan yang telah dilakukan pada bumi. Kapan para manusia insyaf atas kelakuan-kelakuan itu?

Sobat, ternyata bumi itu menyayangi kita sebagaimana ibu. Apakah kita tega menambah deret panjang manusia kejam dengan terus saja menyakiti dan menyengsarakan bumi dan ibu tercinta. Sebagai generasi masa depan, telah kita ketahui bersama penyebab pemanasan global dan dampak bahayanya serta bagi yang beragama islam Nabi menyebutkan keutamaan seorang ibu. Maka dari itu sobat, marilah kita berusaha sedikit demi sedikit untuk tidak menyakiti ibu dan ibu pertiwi yang telah mengandung kita. (surat dari orang masa depan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun