Mohon tunggu...
Jaka Sandara
Jaka Sandara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas || Digital Marketing || Publishing || Edittor ||

Suka Nulis | Baca | Ngedit | Photoshop | Jurnalistik | Otak-Atik Komputer | Musik | Publishing | Internet Marketing.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Lukas Enembe, S.IP, MH Sang Pemimpin Besar Papua yang Inspiratif, Berani, dan Karismatik

30 Desember 2022   22:20 Diperbarui: 30 Desember 2022   22:26 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pandangan Kenius Kogoya, Gubernur Lukas Enembe, selain membangun infrastur sejalan dengan pembangunan pendidikan dan kesehatan SDM orang asli Papua. Pembangunan Peradaban di Papua bukan hanya infstrukturnya saja, karena pembangunan Sumber Daya Orang Asli Papua juga harus secara paralel dibangun.

Sumber: Era Baru Papua
Sumber: Era Baru Papua

Ketika mencanangkan sebuah Gerakan Peradaban Baru Papua pada tanggal 09 April 2013, Gubernur Enembe mengkaitkan hal ini dengan fondasi sosial "Kasih Menembus Perbedaan".  Nilai kasih yang melewati batas keragaman suku, agama, etnik, golongan sosial ekonomi, maupun afiliasi politik. Peradaban baru harus diisi dengan semangat toleransi dalam kemajemukan, dengan tingginya sikap toleransi maka perbedaan apapun akan sejalan untuk membangun Tanah Papua berkemajuan.

Tak bisa dipungkiri bahwa memang ada hambatan dalam pembangunan di Tanah Papua, seperti salah satunya adalah masyarakat yang masih suka dengan minuman beralkohol. Lalu Gubernur Lukas Enembe secara berani dan menggebrak mengeluarkan Perda tentang Pelarangan minuman keras di Papua. Lukas Enembe ingin menghilangkan penilaian yang negatif soal orang Papua bahwa orang Papua suka mabuk, suka minum beralkohol tanpa batas. Akibatnya, rusaknya relasi sosial antar warga, kekerasan rumah tangga, kriminal melonjak, image negatif orang Papua, maupun kesehatan orang Papua yang terganggu karena minum keras ini. Sungguh keberanian yang luar bisa, demi Papua lebih baik.

Gubernur Lukas Enembe sangat mewanti-wanti  bahwa minuman keras ini telah berkontribusi bagi punahnya orang asli Papua, dimana sudah banyak orang Papua yang meninggal akibat minuman keras.  Dari data yang berkembang, Gubernur Enembe sedih dengan mengatakan bahwa angka kematian orang asli Papua akibat minuman keras di Tanah Papua mencapai 22 persen, jika tidak ada tindakan yang lebih tegas maka hambatan ini tak akan terselesaikan, oleh karena itu jika masyarakat berpikir untuk Maju maka tinggalkan semua hal yang berkaitan dengan minuman keras yang bisa mengakibatkan hilangnya akal sehat manusia.

Gubernur Enembe, memutuskan sudah saatnya untuk mengubah Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya Nomor 11 Tahun 1994 tentang Tata Cara Pemasukan Minuman Keras Antar Pulau ke Wilayah Irian Jaya. Perubahan ini menjadi penting karena hasil evaluasi yang berkembang di masyarakat Papua, situasi faktual pengedaran dan penjualan serta konsumsi minuman beralkohol yang tak terkendali dalam batas yang wajar sehingga berdampak negatif bagi kehidupan orang asli Papua.  Dalam konteks itu, hampir 6 bulan setelah dilantik menjadi Gubernur Papua, Lukas Enembe pada tanggal 30 Desember 2013 menandatangani Peraturan Daerah Provinsi Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pengedaran dan Penjualan Minuman Beralkohol.Kebijakan yang dimaksud adalah pengadaan minuman beralkohol melalui kegiatan impor, produksi, pengedaran dan penjualan minuman beralkohol untuk kepentingan sosial ekonomis, kepentingan kesehatan, dan ritual keagamaan. Inilah contoh nyata bagaimana Bp. Lukas Enembe sangat memikirkan moral masyarakat.


Selain itu, dibidang pendidikan Bp. Lukas Enembe juga sangat memikirkan tentang Pentingnya pendidikan yang akan menjadi salah satu pilar untuk membuat hidup menjadi lebih berarti dan bermanfaat bagi banyak orang. Oleh karenanya Gubernur Papua Lukas Enembe terus-menerus memperhatikan Orang Asli Papua (OAP) dengan memberikan beasiswa belajar di berbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia maupun luar negeri, agar nantinya ilmu yang didapatkan bisa diterapkan untuk kemajuan Papua atau pun Indonesia.

Sumber: Era Baru Papua
Sumber: Era Baru Papua

Sejak program beasiswa Papua mulai dijalankan pada 2009, sudah ada 2.904 penerima beasiswa yang lulus perguruan tinggi dan diwisuda. Jumlah itu terdiri dari 1.646 orang lulusan perguruan tinggi dalam negeri, dan 448 orang lulusan perguruan tinggi luar negeri. Sebanyak 2.904 penerima beasiswa Papua itu diwajibkan untuk pulang dan mengabdi di Indonesia, khususnya di Tanah Papua. Kewajiban untuk pulang dan mengabdi di Indonesia itu tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Papua bagi mahasiswa penerima program beasiswa Papua. Dengan demikian ini menjadi motivasi generasi-generasi muda lainnya untuk senantiasa menuntut ilmu pendidikan agar tidak tertinggal jauh dari daerah-daerah lain.

Sumber: Era Baru Papua
Sumber: Era Baru Papua

Kenius Kogoya, menuturkan, sebagai masyarakat Papua, kita jangan pernah melupakan sejarah, banyak telah disumbangsihkan dari tenaga dan pemikiran Gubernur Lukas Enembe didalam membangun tanah Papua ini. Gubernur Lukas Enembe terkadang  sering "bertentangan" dalam hal kebijakan dengan pemerintah Pusat khususnya dalam hal untuk membela kepentingan orang asli Papua. Namun Gubernur Lukas Enembe dengan berani untuk tetap pada pendiriannya. Tentunya dengan sikap seperti itu terkadang ada konsekuensi resiko yang harus dihadapi oleh Gubernur Lukas Enembe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun