Mohon tunggu...
Jaka Sandara
Jaka Sandara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas || Digital Marketing || Publishing || Edittor ||

Suka Nulis | Baca | Ngedit | Photoshop | Jurnalistik | Otak-Atik Komputer | Musik | Publishing | Internet Marketing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Legenda Sanggadiraja

9 November 2021   10:20 Diperbarui: 10 November 2021   20:20 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yakin wahai Raja, tapi dengan dua syarat. Pertama berikan kepadaku Baju Kebesaran Kerajaan yang terbuat dari sutra dan bersulamkan benang emas sehingga silaulah mata bagi yang memandangnya dan kedua  beri aku beberapa dubalang-dubalang terbaik dan Kuat, sebab telah aku fikirkan jauh-jauh hari bahwa Sanggaraja dengan keris saktinya tidak mudah dilumpuhkan, orang sakti itu hanya bisa dilumpuhkan dengan tipuan muslihat". Ucap Pangeran Tanjung panjang lebar.

Kedua persyaratan dari Pangeran Tanjung dikabulkan oleh Raja Limpur Selatan yang terpenting bagaimana Sanggaraja bisa tertunduk lemah dihadapannya.

Setelah beberapa persiapan disiapkan, ia bungkus baju Kebesaran yang bersulam emas itu dengan sangat baik dan istimewa, berangkatlah Pangeran Tanjung beserta dubalang-dubalang yang kuat dari Limpur Selatan menuju ke Negeri Sangga. Melewati Hutan dan semak lebat, hingga sebelum tiba di Negeri Sangga Pangeran Tanjung berhenti di suatu bukit yang sangat lengang dan pergi menuju puncak untuk melakukan pertapaan dengan sangat menjiwai, dalam hatinya berkata: "Jika berhasil ia menangkap Sanggaraja nantinya nyerpihlah (terbelahlah) bukit ini". dengan kosentrasi yang kuat ia ulangi kata-kata tersebut dalam hati dan fikirannya, sehingga nyerpihlah bukit itu, sebagai tanda Pangeran Tanjung akan berhasil menangkap Sanggaraja.

Ia semakin sangat yakin, berangkatlah ia bersama dubalang-dubalangnya ke Negeri Sangga. Setibanya di Negeri Sangga Pangeran Tanjung mengutus beberapa dubalangnya untuk menghadap Sanggaraja,

"Berapa orang lagi yang akan tewas ditanganku?". Ucapnya kepada dubalang yang menghadap kepadanya.

"maaf tuan, kedatangan kami disini tidak ingin untuk mengangkat senjata, namun kedatangan kami adalah untuk berunding dan mendapatkan kata mufakat dari tuan, karena kami yakin tuan tak akan terkalahkan". Ucap Dubalang dari Limpur Selatan dengan penuh rayuan.

"jika kami datang tampak muka, dan kami akan kembali tampak punggung izinkan kami mempersembahkan Baju Kerajaan yang terbuat dari sutra dan bersulamkan kain emas, atas kesaktian tuan, kami akui tuan menjadi Raja yang dikenal sebagi Raja disegala penjuru". Ucap dubalang sambil menunjukan baju kerajaan Tersebut.

Mendengar kata dan pengakuan beberapa Dubalang tersebut berbesar hatilah Sanggaraja karena diakui menjadi Raja, siapa yang tak ingin menjadi Raja. Apalagi diakui oleh berbagai daerah.

Dengan wajah tersenyum bahagia, Sanggaraja mengambil Baju kebesaran tersebut dan menyorongkan ketubuhnya dan langsung dibantu oleh para Dubalang, saat mata SanggarajaTertutup oleh kain, maka Pangeran Tanjung memberikan isyarat kepada Dubalang untuk menangkap Sanggaraja. Apa hendak dikata, keris tiada di tangan, mata telah tertutup, ia diringkus oleh dubalang yang kuat itu dan dibawa secara cepat menuju tempat yang lengang untuk diikat dan dikroyok.

Dalam perjalan ke Limpur Selatan Sanggaraja disiksa penuh dendam dan diikat dibawah rakit melewati sungai, namun Sanggaraja tetap sehat-sehat saja. Setiba di Limpur Selatan betapa senangnya Raja Limpur Selatan melihat Sanggaraja disiksa dan dalam keadaan Hidup.

Di kerajaan Limpur Selatan Sanggaraja tidak pernah diberikan makan dan Minum, siksaan demi siksaan dikerahkan kepadnya, namun Sanggaraja tetap terlihat sehat-sehat saja. Hari demi hari selalu dipenuhi dengan siksaan kepada Sanggaraja, orang disana sangat membencinya lantaran telah banyak dubalang-dubalang dari kerajaan Limpur Selatan yang tewas olehnya. Hingga penderitaan tersebut telah memuncak, air matanya sesekali menetes teringat akan istrinya di Negeri Sangga, lama tak bertemu. Jika badan disiksa sanggup ia tahan namun rindu menusuk jiwa kemana kata hendak mengadu, badan diikat, keris sakti tak ditangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun