Mohon tunggu...
Lusia Imelda Jahaubun
Lusia Imelda Jahaubun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Gadis desa dengan mimpi bisa mengelilingi dunia

Karena beberapa perasaan sulit untuk diungkapkan, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya Mau Jualan Tomat!

2 November 2019   09:55 Diperbarui: 2 November 2019   10:02 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terlahir dari garis keluarga yang mostly bekerja di pemerintahan, menuntut saya  untuk melanjutkan garis PNS yang sudah ada. Saya sendiri merasa harus melanjutkan garis  itu, sampai akhirnya saya berkunjung ke  Jogjakarta untuk pertama kalinya.

Sebelum memutuskan untuk menetap di Jogja, saya pernah di tahun 2012 berkunjung ke Daerah Istimewa ini. Saya begitu terkesan ketika pertama kali menginjakkan kaki di Kota ini. 

Keramahan orang-orangnya, harga barangnya, keteduhan atmosfirnya, saya suka. Saya merasa betah berlama-lamai.

Setelah balik ke Ambon, saya kemudian berpikir bagaimana orang-orang di daerah Istimewa itu bertahan hidup jika sehari-hari pemasukan mereka tidak lebih dari 100.000,- rupiah? Bisakah mereka bertahan hidup? bagaimana caranya?

Singkat cerita saya memutuskan untuk pindah ke Jogja sembari mempelajari bagaimana mereka bertahan hidup. Apa yang saya temukan? Ini!

1. Hidup seadanya, Hidup sewajarnya

Ini yang membuat saya tertegun dengan Jogja. Mungkin juga tidak semua orang; tapi beberapa orang yang saya temui bekerja di atas dasar menolong orang lain bukan di atas dasar uang. Ini bagi saya sesuatu yang jarang terjadi. But it happen here in Jogja.

2. Rejeki bisa datang dari mana saja

Nah ini yang bikin saya suka. Jika konsep berpikir saya dari dulu seperti ini, maka saya mungkin saja  tidak perlu mengikuti garis keluarga yang sebagian besar di jalur pemerintahan toh rejeki bukan dari situ saja dan rejeki bukan selalu tentang uang.

3. Syukuri semua yang ada

Belajar bersyukur dengan semua yang ada tidak semudah kita berucap. Namun belajar untuk tidak menuntut lebih dari apa yang kita terima juga sudah cukup untuk membuat saya bahagia. Intinya syukuri apa yang kita punya dan jangan paksakan apa yang semestinya tidak perlu.

Lalu apa hubungannya dengan jualan tomat, ahh itu hanya gaya bahasa, yang artinya jangan terpaku dengan satu sumber rejeki, dengan membuka pemikiran mencari jalan lain, kita juga masih bisa survive. Karena hidup tidak selamanya tentang uang.

Salam hangat dari kota Gudeg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun