Melangkah sampai ke bagian paling dalam gua, juru kunci yang membawa kami melarang kami untuk mengambil gambar. Sangat gelap dan tercium bau yang sedikit pekat, campuran antara bau pengap dalam gua dan bau dari dupa. Melangkah sedikit keluar dari gua ke bagian timur, juru kunci meminta kami untuk melihat kebelakang, dan kagetnya ternyata gunung yang  kami turunin kemiringannya nyaris 90 derajat, alis tegak lurus.
dokumentasi pribadi
Wow,.. saya terperanga melihat jalur turun kami. Sepertinya mudah untuk menuruni gunung yang terjal, kendalanya adalah saat mau balik ke rumah juru kunci. Jalanan menanjak harus kami tempuh, karna memang tidak ada jalan lain. Nafas terseok-seok seketika ketika berhasil melewati tangga pertama dari bawah, tangga yang paling rapuh dibanding tangga lainnya.Â
Setibanya di rumah juru kunci, saya dan rekan saya langsung terlunjur setelah selesai sholat ashar yang sudah molor waktunya dan tak sadarkan diri tertidur di tempat duduk semen yang diperuntukkan untuk duduk menunggu giliran diantar juru kunci. Tiga puluh menit sudah kami tertidur tak sadarkan diri, hingga akhirnya udara dingin memaksa kami untuk segera bergegas pulang karena baju yang kami kenakan yang penuh peluh berubah menjadi dingin yang menusuk.Â
Saat kami baru bergegas untuk meninggalkan tempat itu, ada rombongan orang-orang yang sudah biasa ke situ baru tiba. Mereka berpakaian rapi dan sepertinya mempunyai kedudukan yang bagus, mobil yang mereka pakai juga terbilang mewah. Saya mengerti apa yang dimaksud juru kunci tadi, gumam saya dalam hati.
Perjalanan dihari itu begitu sangat memacu adrenalin.