Mohon tunggu...
Dr. Jafrizal
Dr. Jafrizal Mohon Tunggu... Dr.drh. Jafrizal, MM, Dosen, MV Ahli Madya, Ketua PDHI Sumsel 2016-2024, Praktisi dan Owner Jafvet Clinic, Abdi Negara di Pemprov Sumsel, POV Prov Sumsel, Dosen Ekonomi Industri dan Agribisnis

Hobinya berfikir, menulis, berkata dan melakukan apa yang telah dikatakan...

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kucing Miko: Ketika Ilmu dan Cinta memberikan Harapan

11 Oktober 2025   16:10 Diperbarui: 11 Oktober 2025   16:10 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kucing Miko, Lila dan  drh. Maria (ilustrator: Jaf)

Kucing Miko: Ketika Ilmu dan Cinta memberikan Harapan

(Kisah drh. Maria Menangani Seekor Kucing Bernama Miko di Jafvet)
Suatu pagi yang lembut di Klinik Hewan Jafvet, matahari baru naik di balik pepohonan, menembus kaca jendela dan menyinari ruang praktik yang beraroma antiseptik. Suara lembut meong terdengar di antara deru kipas angin dan bunyi alat medis yang teratur.
Di ruang tunggu, seorang gadis muda bernama Lila tampak cemas. Di pangkuannya, sebuah carrier kecil bergoyang pelan. Di dalamnya, seekor kucing betina belang tiga bernama Miko terbaring lemah --- tubuhnya tampak dehidrasi, matanya sayu, dan napasnya lambat.
Pintu ruang periksa terbuka. Seorang dokter hewan dengan seragam putih, berwajah ramah dan berwibawa, muncul sambil tersenyum hangat.
"Selamat pagi, Mbak Lila. Saya drh. Maria. Mari kita bantu Miko, ya," ujarnya lembut.
Langkah Pertama: Anamnesa dengan Empati
drh. Maria membuka buku catatan pasien dan mulai menggali informasi dengan penuh perhatian.
"Sejak kapan Miko terlihat lemas seperti ini?" tanyanya sambil mengelus kepala Miko pelan agar merasa tenang.
"Sudah dua hari, Dok," jawab Lila. "Dia tidak mau makan, muntah, dan sering menjilat lantai dapur yang baru saja saya pel dengan cairan pembersih."
drh. Maria mengangguk, mencatat setiap detail.
"Apakah Miko punya riwayat sakit sebelumnya? Atau pernah dirawat di klinik?"
"Belum pernah, Dok. Ini pertama kalinya," jawab Lila lirih.
Setiap jawaban menjadi kepingan penting dari teka-teki kesehatan Miko.
Pemeriksaan Fisik: Ilmu yang Menyentuh
Dengan lembut, drh. Maria mulai melakukan pemeriksaan fisik.
Ia mengukur denyut nadi, suhu, dan laju napas, lalu memeriksa turgor kulit Miko dengan mencubit sedikit bagian tengkuknya. Kulit yang lambat kembali menandakan dehidrasi sedang.
"Baik, Miko butuh cairan segera," gumamnya sambil menatap Lila meyakinkan. "Kita juga akan periksa darahnya untuk memastikan kondisi organnya."
Pemeriksaan Pendukung: Sains di Balik Harapan
Beberapa menit kemudian, hasil pemeriksaan darah keluar.
"Ini penyebabnya," kata drh. Maria sambil menunjukkan hasil lab. "Ada tanda-tanda gangguan elektrolit dan fungsi ginjal ringan. Kemungkinan besar akibat bahan kimia pembersih yang terjilat."
Wajah Lila tampak pucat, namun drh. Maria segera menenangkan,
"Jangan khawatir, Miko masih bisa pulih. Kita akan pasang infus dan berikan obat detoksifikasi serta vitamin."
Pemasangan Infus: Setetes yang Menyelamatkan
drh. Maria mencuci tangan, mengenakan sarung tangan steril, lalu menyiapkan peralatan infus.
Ia mengikat tali pembendung di kaki depan Miko, membersihkan kulit dengan kapas alkohol, dan perlahan mencari vena kecil di balik bulu halus.
Jarum halus pun masuk dengan tepat. Kateter terpasang sempurna.
"Bagus sekali, Miko anak pintar," bisiknya sambil menghubungkan selang infus. Tetesan pertama mulai turun perlahan, setetes demi setetes harapan mengalir ke tubuh mungil itu.
Lila duduk di sisi meja periksa, menggenggam tangan Miko yang kini lebih tenang.
Pemberian Obat: Ketelitian dan Kasih Sayang
Selanjutnya, drh. Maria menyiapkan suntikan berisi anti-mual dan vitamin B kompleks.
Ia memastikan dosis sesuai berat badan, lalu membersihkan area suntik dan menyuntikkannya perlahan ke otot paha Miko.
"Sudah, sayang... sedikit lagi. Kamu kuat sekali," ucapnya sambil menutup bekas suntikan dengan kapas kecil.
Pemulihan: Ketika Ilmu dan Cinta Menyatu
Beberapa jam kemudian, tetesan infus masih menetes lembut ketika Miko mulai menggeliat pelan. Ia membuka matanya, lalu mengeong lirih seperti memberi isyarat bahwa ia mulai merasa lebih baik.
Lila tak kuasa menahan senyum. "Dia sudah mulai sadar, Dok!"
drh. Maria tersenyum hangat. "Bagus sekali. Miko akan pulih kalau cairannya cukup dan dijaga baik di rumah."
Ia menambahkan pesan lembut,
"Pastikan air minumnya selalu bersih, jangan biarkan bahan kimia dekat area bermainnya, dan beri makan secara bertahap."
Lila menatap dokter itu dengan rasa haru.
"Terima kasih, Dok. Saya kira saya akan kehilangan Miko."
drh. Maria menepuk lembut bahunya.
"Setiap makhluk punya keinginan untuk hidup. Kita hanya membantu tubuhnya untuk menemukan keseimbangannya kembali."
Epilog: Jafvet, Tempat Ilmu dan Cinta Bertemu
Sore itu, ketika Lila membawa Miko pulang, matahari mulai condong ke barat. Di ruang klinik yang kini tenang, drh. Maria membereskan alat-alatnya sambil tersenyum puas.
Bagi sebagian orang, pekerjaan itu hanya rutinitas medis.
Namun bagi drh. Maria di Jafvet, setiap tetesan infus, setiap belaian lembut di kepala hewan kecil seperti Miko --- adalah bentuk kasih dan tanggung jawab yang tak ternilai.
Di Jafvet, setiap pasien hewan bukan sekadar kasus, tapi kisah perjuangan hidup yang penuh makna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun