4. Pertanian yang Tahan Iklim
Perubahan iklim sudah di depan mata.
Banjir, kekeringan, dan serangan hama makin sering terjadi.
Maka, petani harus dipersenjatai dengan benih tahan cuaca ekstrem, sistem irigasi hemat air, dan pengetahuan baru lewat penyuluhan digital.
Kita perlu menjadikan "adaptasi iklim" bukan jargon, tapi gerakan nasional petani tangguh.
5. Tata Niaga yang Adil dan Transparan
Seringkali harga di tingkat petani murah, tapi di kota mahal.
Kenapa? Karena rantai perdagangan terlalu panjang dan kebijakan ekspor-impor kadang berubah mendadak.
Sudah saatnya tata niaga diatur ulang: logistik harus efisien, biaya transportasi ditekan, dan kebijakan perdagangan dibuat konsisten.
Kalau petani bisa jual produk dengan harga wajar dan konsumen bisa beli dengan harga terjangkau, semua diuntungkan.
6. Teknologi dan Data Jadi Tulang Punggung
Pertanian modern bukan lagi soal cangkul dan pupuk, tapi data dan teknologi.
Mulai dari sensor tanah, aplikasi cuaca, hingga platform digital harga pasar --- semua harus terintegrasi.
Bayangkan satu dashboard nasional yang bisa memantau stok beras, cabai, telur, atau ikan secara real time.
Dengan data yang akurat, kebijakan tidak perlu lagi "menebak-nebak".
7. Petani dan UMKM Jadi Pemain Utama
Kunci ketahanan pangan bukan di gedung kementerian, tapi di tangan petani, nelayan, dan UMKM pangan.
Mereka perlu akses ke kredit mikro, asuransi cuaca, dan pasar yang pasti.
Program kemitraan antara petani dan perusahaan juga harus diperluas agar hasil panen tidak lagi bergantung pada tengkulak.
Menuju Lompatan Peringkat, Bukan Sekadar Peningkatan
Kalau semua langkah ini dijalankan dengan disiplin, Indonesia bukan hanya bisa naik ke peringkat 40-an dalam GFSI, tapi juga jadi contoh negara yang berhasil membangun sistem pangan berkeadilan.
Bukan karena kita ingin mengalahkan Malaysia atau Singapura, tapi karena rakyat Indonesia pantas punya jaminan pangan yang aman, bergizi, dan berkelanjutan.
Kita tidak kekurangan ide, tidak kekurangan sumber daya.
Yang kita butuhkan sekarang adalah kemauan politik yang kuat, sinergi antar-instansi, dan keberanian untuk berubah.
Karena revolusi pangan bukan sekadar soal pertanian --- tapi soal masa depan bangsa.