Mohon tunggu...
Jafar Shodik
Jafar Shodik Mohon Tunggu... saya sebagai mahasiswa semester 5 suka berdiskusi

Nama saya Jafar Shodik, seorang mahasiswa di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang sedang menapaki perjalanan akademik sekaligus pengabdian sosial di lingkungan kampus dan asrama. Selama menempuh studi, saya tidak hanya berusaha mengembangkan kemampuan intelektual, tetapi juga memperkuat sisi kepribadian, kepemimpinan, serta spiritualitas. Hobi dan Kesukaan Sejak awal menjadi mahasiswa, saya memiliki minat yang cukup beragam. Saya gemar membaca, khususnya literatur yang berkaitan dengan pendidikan, bahasa Arab, dan kajian keislaman. Membaca bagi saya bukan sekadar hobi, tetapi juga jendela untuk memperluas cakrawala berpikir serta melatih daya kritis. Selain itu, saya juga menikmati kegiatan menulis baik berupa artikel, catatan reflektif, maupun karya ilmiah. Menulis memberi ruang untuk menyalurkan gagasan serta merekam perjalanan intelektual yang saya tempuh. Kepribadian sebagai Mahasiswa Sebagai mahasiswa, saya berusaha menampilkan kepribadian yang disiplin, terbuka terhadap ilmu, dan kritis dalam berpikir. Saya percaya bahwa tugas utama mahasiswa bukan hanya mengejar nilai akademik, tetapi juga melatih diri menjadi pribadi yang mampu membaca realitas sosial, menawarkan solusi, serta memberikan kontribusi nyata di masyarakat. Saya cenderung memiliki karakter yang adaptif dan komunikatif, sehingga mudah berinteraksi dengan berbagai kalangan mahasiswa dari latar belakang yang berbeda. Pengalaman belajar di UIN Malang juga melatih saya untuk lebih mandiri, menghargai waktu, dan mengedepankan integritas dalam setiap kegiatan. Peran sebagai Musyrif Asrama Selain menjadi mahasiswa, saya juga dipercaya sebagai musyrif di asrama. Peran ini mengajarkan saya banyak hal tentang kepemimpinan, tanggung jawab, serta pembinaan karakter. Sebagai musyrif, saya tidak hanya bertugas mengawasi, tetapi juga menjadi teladan dalam hal ibadah, kedisiplinan, dan etika kehidupan bersama. Saya berusaha hadir sebagai pendamping sekaligus saudara bagi para santri/asatidz di asrama. Dalam praktiknya, saya belajar menghadapi berbagai karakter penghuni asrama, dari yang disiplin hingga yang penuh tantangan. Dari sini, saya banyak memperoleh pengalaman empiris tentang bagaimana membangun komunikasi yang efektif, memberikan motivasi, serta menegakkan aturan dengan bijaksana. Menjadi musyrif juga memberi kesempatan untuk melatih jiwa kepemimpinan secara langsung. Saya belajar mengatur program harian asrama, mengelola kegiatan keagamaan, hingga menengahi permasalahan antar penghuni. Semua itu membuat saya semakin matang dalam manajemen diri, pengendalian emosi, dan pengambilan keputusan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

pohon ara dan hati yang pulang

5 Oktober 2025   23:11 Diperbarui: 5 Oktober 2025   23:11 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak hari itu, hidup Zakheus berubah. Ia bukan lagi si pemeras. Ia menjadi penolong bagi yang lemah. Hatinya yang dulu keras kini lembut seperti daun muda di pohon ara yang pernah ia panjat.
Zakheus belajar satu hal penting: pertobatan sejati bukan sekadar kata, tapi perbuatan yang memulihkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun