Nama saya Jafar Shodik, seorang mahasiswa di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang sedang menapaki perjalanan akademik sekaligus pengabdian sosial di lingkungan kampus dan asrama. Selama menempuh studi, saya tidak hanya berusaha mengembangkan kemampuan intelektual, tetapi juga memperkuat sisi kepribadian, kepemimpinan, serta spiritualitas.
Hobi dan Kesukaan
Sejak awal menjadi mahasiswa, saya memiliki minat yang cukup beragam. Saya gemar membaca, khususnya literatur yang berkaitan dengan pendidikan, bahasa Arab, dan kajian keislaman. Membaca bagi saya bukan sekadar hobi, tetapi juga jendela untuk memperluas cakrawala berpikir serta melatih daya kritis. Selain itu, saya juga menikmati kegiatan menulis baik berupa artikel, catatan reflektif, maupun karya ilmiah. Menulis memberi ruang untuk menyalurkan gagasan serta merekam perjalanan intelektual yang saya tempuh.
Kepribadian sebagai Mahasiswa
Sebagai mahasiswa, saya berusaha menampilkan kepribadian yang disiplin, terbuka terhadap ilmu, dan kritis dalam berpikir. Saya percaya bahwa tugas utama mahasiswa bukan hanya mengejar nilai akademik, tetapi juga melatih diri menjadi pribadi yang mampu membaca realitas sosial, menawarkan solusi, serta memberikan kontribusi nyata di masyarakat.
Saya cenderung memiliki karakter yang adaptif dan komunikatif, sehingga mudah berinteraksi dengan berbagai kalangan mahasiswa dari latar belakang yang berbeda. Pengalaman belajar di UIN Malang juga melatih saya untuk lebih mandiri, menghargai waktu, dan mengedepankan integritas dalam setiap kegiatan.
Peran sebagai Musyrif Asrama
Selain menjadi mahasiswa, saya juga dipercaya sebagai musyrif di asrama. Peran ini mengajarkan saya banyak hal tentang kepemimpinan, tanggung jawab, serta pembinaan karakter. Sebagai musyrif, saya tidak hanya bertugas mengawasi, tetapi juga menjadi teladan dalam hal ibadah, kedisiplinan, dan etika kehidupan bersama.
Saya berusaha hadir sebagai pendamping sekaligus saudara bagi para santri/asatidz di asrama. Dalam praktiknya, saya belajar menghadapi berbagai karakter penghuni asrama, dari yang disiplin hingga yang penuh tantangan. Dari sini, saya banyak memperoleh pengalaman empiris tentang bagaimana membangun komunikasi yang efektif, memberikan motivasi, serta menegakkan aturan dengan bijaksana.
Menjadi musyrif juga memberi kesempatan untuk melatih jiwa kepemimpinan secara langsung. Saya belajar mengatur program harian asrama, mengelola kegiatan keagamaan, hingga menengahi permasalahan antar penghuni. Semua itu membuat saya semakin matang dalam manajemen diri, pengendalian emosi, dan pengambilan keputusan.