Mohon tunggu...
Jacqueline Andrea
Jacqueline Andrea Mohon Tunggu... Freelance Graphic Designer

Saya Jacqueline dan saya seorang INFJ-T asal Bandung yang menyukai film, mode, seni, dan musik. Saya senang mendengarkan musik, menggambar, mengedit video, membaca buku, menonton film, dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Film

Menuju Dunia yang Lebih Baik dan Sempurna

11 Juli 2025   19:00 Diperbarui: 9 Juli 2025   14:23 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Truman Burbank Menyadari Dunia Buatan Tempat Ia Hidup Sejak Kecil (Sumber: Evan E. Richards)

Dunia di zaman sekarang ini kaya akan teknologi. Oleh karena itu, manusia pun sampai bisa membuat atau menemukan suatu dunia lain yang lebih canggih dan indah. Di sana, manusia merasa memiliki kekuatan dan segala sesuatunya terpenuhi, sampai mereka sendiri pun seolah-olah menganggap dirinya seorang pahlawan dan merasa sempurna. Memang, di zaman sekarang ini banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik, terutama di media sosial yang berusaha menampilkan segala sesuatu dengan sangat sempurna dan diidamkan banyak orang. Media sosial itu ibaratnya seperti dunia lain yang lebih canggih tersebut. Semuanya terlihat sempurna serta orang bisa meningkatkan popularitas dan status untuk menjadi terkenal atau nomor satu. Dalam dunia tersebut, orang ingin dipandang positif oleh banyak orang dan berusaha untuk menyingkirkan hal-hal negatif yang mereka miliki dalam kehidupan nyata mereka. Di sana, mereka merasa seperti pahlawan dan dapat melakukan segala hal yang tidak dapat mereka lakukan dalam kehidupan nyata mereka. Mereka juga dapat menghapus segala kesalahan dan beban yang mereka miliki, seolah-olah mereka itu orang yang baik dan sangat berkecukupan, suatu gambaran yang kontras dengan gambaran mereka di dunia nyata.

Kehidupan Bahagia Cecilia Tallis dan Robbie Turner Dalam Dunia Imajinasi Briony Tallis (Sumber: Screenmusings)
Kehidupan Bahagia Cecilia Tallis dan Robbie Turner Dalam Dunia Imajinasi Briony Tallis (Sumber: Screenmusings)

Film-film seperti Alice in Wonderland (2010), Atonement (2007), Avatar (2009), Blade Runner (1982), Harry Potter and the Philosopher's Stone (2001), The Matrix (1999), Ready Player One (2018), dan The Truman Show (1998) menyediakan gambaran tokoh-tokoh yang berada di dunia lain. Juga, mereka di sana merasa dihormati oleh orang lain, seolah-olah dunia itu sebagai tempat pelarian. Mulai dari Alice yang tiba di Negeri Ajaib dengan sambutan dari Cheshire Cat dan kawan-kawan, Cecilia Tallis dan Robbie Turner yang hidup bahagia dalam dunia buatan Briony Tallis, hingga Truman Burbank yang memiliki kehidupan sempurna dalam dunia rekayasa tempat shooting acara reality show.

Alice Tiba Pertama Kali di Negeri Ajaib dalam Film Alice in Wonderland (Sumber: FanCaps)
Alice Tiba Pertama Kali di Negeri Ajaib dalam Film Alice in Wonderland (Sumber: FanCaps)

Hal tersebut seperti dengan teori hyperreality (Baudrillard, 1995). Dalam teori ini, dunia-dunia maya tersebut digambarkan sebagai suatu pelarian bagi orang untuk menghibur diri mereka sendiri. Dalam dunia tersebut, orang merasa paling tinggi dan disukai banyak orang, kontras dengan kenyataan yang mereka miliki di dunia aslinya. Dunia-dunia tersebut merupakan sebuah tiruan (simulation) dari dunia yang sudah ada, serta sebuah ide abstrak (simulacrum) yang mewujudkan dunia tersebut. Dunia tersebut ibaratnya seperti Disneyland, yang merupakan sebuah dunia fantasi yang memberi kesan ajaib dan akrab pada anak-anak. Namun, Disneyland tidak nyata, sama seperti dunia-dunia tersebut. Dunia-dunia itu sebenarnya hanya sebuah pelarian ke dalam mimpi atau imajinasi orang sebagai penghiburan dan pelarian. Oleh karena itu, dunia tersebut seperti imajinasi dan mimpi bagi manusia. Hal-hal seperti itu memang banyak terjadi di zaman sekarang ini. Misalnya, virtual reality, pertemanan online, media sosial, dan lain-lain. Kejadian tersebut disebabkan oleh beratnya tekanan hidup, rasa iri hati, rasa kesepian, rendahnya rasa percaya diri, masa kecil yang kurang bahagia, dan lain-lain. Hal tersebut juga menyebabkan turunnya hubungan sosial dalam kehidupan nyata, di mana orang sudah terlalu menyukai dunia virtual yang seperti mimpi dan menjadi ketagihan akibat terlalu menikmati. Hal tersebut juga membuat banyak orang yang menjadi tersesat dalam dunia mimpi atau imajinasi mereka dan bingung membedakan mana yang fiksi dan mana yang realita. Dari situ, mereka menjadi bertanya-tanya akan dunia mereka dan siapa diri mereka sebenarnya dalam kedua dunia tersebut, yakni dunia imajinasi mereka dan kehidupan nyata mereka.

Harry Potter Diterima Dengan Baik oleh Teman-temannya di Hogwarts (Sumber: FanCaps)
Harry Potter Diterima Dengan Baik oleh Teman-temannya di Hogwarts (Sumber: FanCaps)

Film-film tersebut juga menggambarkan kenikmatan duniawi yang serba instan, seperti yang dibahas dalam teori instant gratification (Freud, 1920). Kenikmatan instan tersebut berupa kekuasaan, teknologi, dan reputasi. Kenikmatan tersebut juga dapat berupa cinta dan kasih sayang, yang tidak dimiliki oleh semua orang dalam dunia nyata. Dalam dunia maya tersebut, orang juga berlomba-lomba untuk memperoleh kekuasaan dan bertahan hidup. Hal tersebut menjadi suatu ketagihan akibat kenyamanan instan yang mereka miliki dalam dunia tersebut. Kejadian seperti itu ibaratnya seperti tingginya penggunaan media sosial di zaman sekarang ini. Media sosial memang sangat canggih, sehingga dapat membuat hidup orang serba instan. Di media sosial, segala sesuatu terlihat bagus dan sempurna, seperti yang diinginkan oleh banyak orang. Misalnya, tubuh yang bagus, kekayaan yang berlimpah-limpah, video Tik Tok yang menunjukkan sesuatu seolah-olah express, video reels yang memperlihatkan kehidupan sehari-hari yang tampak sempurna, dan lain-lain. Hal-hal seperti itu seolah-olah didapatkan secara mudah dan cepat. Keadaan tersebut mirip seperti dunia-dunia dalam film-film tersebut. Segala kekuatan dan kasih sayang didapatkan secara instan di sana. Dengan satu perintah, semuanya didapatkan saat itu juga. Hal tersebut dapat menyebabkan orang menjadi terus menerus memberi perintah hingga dia menjadi yang tertinggi. Dampak tersebut menggambarkan orang yang menjadi gila kekuasaan dan terlalu dimanjakan oleh segala keinstanan yang ada. Hal tersebut menjadi suatu ketagihan duniawi yang dinikmati secara berlebihan, tanpa mengetahui semua dampak negatif yang ada.

Film-film tersebut sangat menarik untuk dibahas, karena di dunia yang modern ini, banyak orang yang ingin istirahat sebentar dari kenyataan yang mereka miliki dan akhirnya menjadi ketagihan. Kenikmatan yang mereka miliki dalam dunia maya mereka itu tidak bisa dibawa ke dalam dunia nyata mereka, sebab hal tersebut bersifat abstrak dan imajinatif. Oleh karena itu, orang jadi memutuskan diri dari dunia nyata dan menetap di dunia imajinasi mereka. Hal tersebut menyababkan mereka melupakan dunia nyata mereka, serta sulit membedakan realita dan fiksi.

Daftar Pustaka

Baudrillard, J. (1994). Simulacra and simulation. Michigan: University of Michigan press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun