Perubahan sistem pendidikan tidak dapat dihindari karena sifat kebutuhan skills dari tenaga kerja masa depan yang juga terus mengarah ke bidang pengembangan teknologi. Perubahan gaya hidup masyakat yang cenderung lebih memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari juga telah terlihat dalam kegiatan masyarakat kita mulai dari kebiasaan berbelanja dan bekerja.
Tapi, transisi ke sistem PJJ dan hybrid tentunya bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan komitmen kuat dari pemerintah dan masyarakat untuk sama-sama mewujudkannya. Pola pikir dari pentingnya kemegahan dan ukuran gedung sekolah atau kampus harus bergeser ke arah penyediaan infrastruktur pendukung sistem PJJ dan hybrid. Hal ini sangatlah penting karena tanpa infrastruktur yang memadai maka akan sulit menjankan sistem PJJ dan hybrid secara efektif.
Terdapat berbagai keluhan pengguna PJJ seperti sulit mengakses konten pelajaran dikarenakan ketidakstabilan koneksi internet, tidak adanya peralatan seperti laptop atau komputer dirumah, tidak semua perguruan tinggi apalagi sekolah yang memiliki sistem PJJ yang stabil dan masih banyak lagi. Sehingga, penerapan kebijakan terkait PJJ dan hybrid memerlukan persiapan matang yang juga dapat mendorong adanya pemeratan infrastuktur yang diguanakan dalam sistem PJJ dan hybrid.
Konten pembelajaran yang dianggap sulit untuk dilakukan secara PJJ sebenarnya bisa juga diatasi dengan cara memanfaatkan teknologi virtual reality dan augmented reality yang dapat mensimulasikan praktikum yang sebenarnya harus dilakukan secara langsung di laboratorium. Namun diperlukan juga persiapan infrastruktur secara serius untuk menunjang penerapan teknologi tsb.
Pada intinya, niatan baik pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan haruslah di dukung oleh masyarakat agar percepatan transisi ke arah sistem PJJ dan hydrid yang efektif dapat direalisasikan untuk kebaikan generasi penerus Indonesia kedepannya.
Salam,
JD