Maka bukan kurangnya kecerdasan yang jadi masalah melainkan hilangnya keberanian untuk berpikir dan menyampaikan kebenaran. Karena perih sekali tahu bahwa fokus sistem pendidikan selalu kembali untuk melahirkan kepatuhan dan bukan kesadaran, maka sejatinya kita tidak sedang mencetak manusia merdeka, tapi manusia yang rela dibungkam. Maka, bukan kecerdasan yang kita krisiskan tetapi kejujuran dan keberanian untuk berpikir.
Selama membaca dan berpikir dianggap mengganggu stabilitas, maka selama itu pula berpengetahuan akan tetap menjadi dosa.
Di situlah letak tragedi pendidikan kita hari ini.
Dalam masyarakat yang takut terhadap pikiran, berpengetahuan bisa dianggap dosa. Mereka yang membaca terlalu banyak atau berpikir terlalu kritis akan segera dibungkam. Padahal, kemajuan tidak pernah lahir dari kepatuhan buta, melainkan dari keberanian untuk bertanya.
Paulo Freire, filsuf pendidikan asal brazil berkata ;"Pendidikan tidak mengubah dunia. Pendidikan mengubah orang, dan oranglah yang mengubah dunia","Pendidikan adalah praktik kebebasan", dan "Mereka yang mengajar harus terus belajar, mereka yang belajar harus terus mengajar".
Indonesia hari ini butuh lebih dari sekadar angka literasi tinggi. Kita butuh budaya berpikir yang menghargai perbedaan, mendukung pertanyaan, dan membuka ruang diskusi. Kita butuh pendidikan yang melindungi keberanian untuk berpikir, bukan menindasnya.
Kita hidup di tengah masyarakat yang sering mengaku menghargai perbedaan, namun tidak memberi ruang bagi pendapat yang tidak sejalan. Sering kali, orang-orang yang mengemukakan pikiran berbeda malah dianggap mengganggu harmoni. Padahal harmoni tanpa perbedaan adalah ilusi. Justru dari keberagaman pikiran dan keberanian berbicara lahirlah kemajuan. Pendidikan harus menjadi ruang aman untuk keberanian semacam itu, bukan kuburan bagi suara-suara yang jujur.
Maka tugas kita hari ini bukan sekadar belajar, tetapi juga melawan sunyi yang membungkam kebenaran. Menjadi berpengetahuan mungkin dianggap dosa, tetapi dosa itulah yang membawa harapan. Di tangan orang-orang yang berani berpikir dan berkata benar, dunia selalu berubah. Dan semoga, dari ruang-ruang belajar yang sunyi itulah, lahir generasi yang tidak lagi takut untuk menjadi terang.
Harus menunggu berapa lama lagi untuk menyuarakan kebenaran dan pentingnya menjadi sosok yang berpikir? Bencana apa yang harus menyadarkan dan membangkitkan semangat masyarakat untuk bergerak dan mempertanyakan? Berpengetahuan adalah dosa, Berpikir dan membaca akan mengancam kekuasaan karena kenyamanan yang didapat bukan dengan cara yang manusiawi sehingga khawatir kebenaran akan terungkap dan takut kehilangan tahta yang selama ini dipertahankan.
Membaca buku bisa memperhalus perasaaan dan mempertajam pola pikir, mengapa harus dilarang dan dianggap sebagai dosa? Mau sampai kapan negara demokrasi ini terus berselimutan dengan kebodohan, penipuan, kriminalitas, dan dieksploitasi oleh masyarakat sendiri bahkan luar negeri karena ketidaktahuannya. Apakah akan selamanya berada di dalam kegelapan? Atau ada sebuah momentum yang membangkitkan?