Mohon tunggu...
Izhar Mushawwir
Izhar Mushawwir Mohon Tunggu... Graphic Designer | Digital Marketer

kadang nulis, kadang ngedesain, kadang ngedit, kadang ngeshare, kadang ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fragile Mentality; Tangguh Namun Rapuh

11 Juni 2025   11:52 Diperbarui: 11 Juni 2025   11:55 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Rather than being your thoughts and emotions, be the awareness behind them.” Eckhart Tolle

Kita hidup di masa dimana kemajuan teknologi dan peradaban modern semakin maju. Beberapa orang-orang mulai terobsesi untuk menampilkan sisi terbaik mereka dengan gaya hidup yang mewah. Sebagian lain masih berjuang untuk mencapai titik itu dengan segala usaha yang mereka miliki. Sistem kebermasyarakatan semakin berkembang dan meluas, bahkan bertransformasi ke dunia maya dimana orang-orang bisa saling berinteraksi melalui akses internet secara online. Sekilas perkembangan teknologi ini membawa dampak yang signifikan terhadap transformasi kehidupan masyrakat, namun juga membawa benih-benih dampak pada perubahan mental dan karakter

Salah satu anomali mental yang saat ini banyak terjadi adalah Fragile Mentality. Ini bukanlah sebuah trend baru atau pun gaya hidup, namun ini sebuah cacat mental yang seringkali tidak disadari bagi pengidapnya. Secara moral kelihatannya sah-sah saja namun bisa menyesatkan. Kurang lebih sama seperti NPD, Fragile Mentality adalah kondisi mental yang rapuh atau kerapuhan secara emosional yang sering kali terwujud dalam keadaan kewalahan, stres, defensif, dan perilaku yang terlalu reaktif secara terus-menerus.Hal ini bisa terjadi pada siapa saja tanpa disadari. 

Meski demikian Fragile Mentality ini cukup mudah dideteksi. Hal-hal yang bisa kita lihat seerti kurang suka ketika diberikan kritik yang positif & suka merasa tersinggung oleh hal-hal yang tidak penting sama sekali. Kritik dianggap serangan, bukan masukan sehingga setiap opini yang diberikan padanya bahkan hal positif sekalipun dan tidak mengandung unsur personal akan ditolak mentah-mentah. Ketika ada sesuatu hal baik itu tulisan ataupun perkataan seseorang selalu menganggap bahwa dirinyalah yang sedang dibahas dan dimaksud sehingga mudah tersulut emosi dan terpancing untuk membuat keributan padahal tidak ada sama sekali urusan dengan dia

Biasanya orang-orang dengan Fragile Mentality disertai beberapa kognitif bias untuk mendukung ego mereka:

  • Confirmation bias
    Hanya ingin berteman dengan orang-orang atau kelompok yang setuju dan se-mindset dengan dirinya. Lingkaran pertemanan orang-orang Fragile Mentality biasanya sempit dan kecil serta sering menutup diri dari opini orang lain, menganggap orang-orang diluar kelompoknya adalah salah dan tidak pantas didengarkan
  • Negativity bias
    Cenderung fokus pada hal-hal yang negatif dan salah ketimbang hal-hal positif. Contoh ketika seseorang berkomen di media sosialnya, ada 10 komen yang baik dan positif & 1 yang negatif, biasanya orang dengan Fragile Mentality hanya akan fokus ke 1 komen negatif itu dan akan terus membahasnya hingga menjadi perdebatan kusir
  • Catasthropizing bias
    Menganggap setiap masalah yang kecil itu bagi mereka adalah masalah besar bahkan bencana yang tidak bisa diatasi. Akibatnya orang dengan Fragile Mentality ini akan terus membahas masalah-masalah kecil ini berulang kali dan tidak akan puas sampai hal itu benar-benar diselesaikan, dan biasanya dari penyikapan itu akan membawa masalah kecil yang harusnya tidak perlu diributkan malah menjadi masalah yang besar
  • Hostile Attribution bias
    Melihat orang lain memiliki niat buruk atau ingin menyerangnya. Orang dengan Fragile Mentality ketika bertemu dengan orang atau berinteraksi di media sosial khususnya saat melihat postingan orang lain akan menganggap bahwa postingan atau status tersebut ditujukan untuk dirinya. Padahal belum tentu dan tidak ada bukti atau data yang mengarah pada dirinya karena status di media sosial bersifat publik. Atau ketika bertemu orang lain di real life memandang orang itu memiliki niat buruk padanya dan akan terus berprasangka bahwa orang itu berbahaya dan menaruh curiga berlebihan tanpa didasari bukti sama sekali hanya berlandaskan pada prasangka dan asumsi sendiri
  • Narcissistic bias
    Baru merasa berharga kalau dipuji. Kalau tidak akan langsung jatuh. Sekali jatuh, langsung merasa tidak bisa sama sekali dan menyerah. Karena takut gagal, takut dinilai, atau takut malu padahal yang namanya proses memang butuh gagal dulu. Haus validasi dan pujian yang berlebihan sehingga ketika sewaktu-waktu dia sudah kehilangan itu semua akan merasa hancur dan menyerah seolah-olah dunia sudah kiamat dan tidak ada orang yang peduli dengannya

Orang dengan Fragile Mentality seringkali menganggap diri mereka kuat namun disaat yang bersamaan didalam dirinya terdapat kerapuhan secara mental. Sekali lagi, secara moral hal ini tidak salah akan tetapi bisa menyesatkan dan membahayakan diri sendiri. Setiap orang bisa mengalaminya termasuk oleh penulis sendiri, olehnya kita perlu mengetahui bagaimana menangani Fragile Mentality ini agar tidak terlalu jauh merusak diri kita sendiri

  • Ubah cara pandang soal hidup
    Hidup itu seperti roda berputar, tidak selamanya kita akan sehat terus begitupula tidak selamanya kita akan sakit terus. Tidak selamanya kita berada dibawah pun demikian tidak selamanya kita juga diatas. Tidak selamanya kita akan lapang demikian juga tidak selamanya kita akan sempit terus. Hidup itu adalah sukses & gagal kedua hal ini Tuhan berikan sepaket, yang artinya kesuksesa itu jalan berbarengan dengan kegagalan. Kegagalan juga jalan berbarengan dengan kesuksesan. Tidak ada yang abadi dan sempurna di dunia ini, akan ada orang yang mencintai mu juga akan ada orang yang membenci mu sebaik apapun dirimu. Akan ada love & hate relationship, tinggal bagaimana kita mengubah sudut pandang hidup ini tidak terlalu mencintai dan membenci karena 2 hal ini akan terus berganti-gantian setiap harinya. Kawan bisa jadi lawan dan lawan bisa jadi kawan. jadi tetaplah berada di tengah-tengah dalam hidup ini, dan ikuti jalan spiritual yang kamu percaya dan yakini

  • Bangun daya tahan mental (mental toughness)
    Ketika ada tantangan dan ujian, cobalah dulu menghadapinya ketika kabur. Kita tidak pernah meminta ujian atau tantangan itu datang di hidup, tapi ketika tantangan itu datang maka hadapilah karena itu bentuk ujian dari Tuhan agar kita makin kuat. Ibarat petinju bagaimana kita tahu diri kita kuat kalau yang kita hadapi selalu orang-orang kecil, tapi cobalah lawan yang selevel atau diatas mu agar bisa mengukur sejauh mana daya tahan dan kekuatan, kalau kalah artinya ada waktu untuk evaluasi dan berlatih agar makin kuat

  • Terima kritik sebagai bahan upgrade diri
    Tidak semua kritik itu serangan terkadang justru itu bentuk perhatian. Memang betul zaman sekarang media sosial berkembang pesat dan orang-orang punya mulut bisa memilih berkomentar semau mereka,kita tidak mengontrol itu. Yang bisa kita kontrol adalah diri kita sendiri, reaksi ketika menerima kritikan harus diterima dengan bijak, ambil yang baik buang jauh-jauh yang buruk. Buka telinga lebar-lebar untuk mereka yang memberikan kritik dan tutup rapat-rapat untuk mereka yang mencaci. Sebab saat ini hinaan dan cacian berlindung dibalik kata kritikan

  • Kurangi konsumsi "dunia sempurna" di media sosial
    Stop bandingkan kehidupan dan pencapaian dengan orang lain di media sosial. Kita semua memiliki garis start yang berbeda, proses hidup yang berbeda dan finish yang berbeda. Kita memiliki ukuran sepatu yang berbeda, jangan selalu paksakan ukuran kaki sendiri ke ukuran kaki orang lain karena tidak akan pernah muat dan cocok. Fokuslah pada proses sendiri, jangan bandingkan dengan orang lain namun jadikan sebagai motivasi & belajar agar bisa lebih baik 

  • Afirmasi positif
    Setiap pagi setiap hari katakanlah pada diri sendiri bahwa aku bisa, optimis hadapi hari ini, Tuhan sayang sama diri ku dan aku akan melakukan banyak kebaikan hari ini atas izin Tuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun